Dalam bidang
pengenalan alat diperlukan alat-alat dan bahan pengumpul data penelitian dan
bahan yang ingin diamati. Perkembangan alat dan bahan untuk suatu masalah telah
mengalami perkembangan alat dan bahan untuk suatu masalah telah mengalami
perkembangan yang cepat dan hampir tidak ada seperti kristal batuan,sempel
batuan,tiruan fosil maka perlu jga alat yang berguna untuk meneliti.
Ala-alat geologi
sebagai alat ukur fenomena geologi dan media pembelajaran dan menjunjung
kemampuan pemahaman dan keterampilan mahasiswa tentang konsep geologi.
Alat-alat:
1. Peta geologi :
Bentuk ungkapan data
dan informasi geologi suatu daerah/wilayah/ kawasan dengan tingkat kualitas
yang tergantung pada skala peta yang digunakan dan menggambarkan informasi
sebaran, jenis dan sifat batuan, umur, stratigrafi, struktur, tektonika,
fisiografi dan potensi sumber daya mineral serta energi yang disajikan dalam
bentuk gambar dengan warna, simbol dan corak atau gabungan Ketiganya.(Keputusan
Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral, Nomor 1452 K/10/MEM/2000. 2000)
2. Sampel batuan :
Sampel batuan
digunakan untuk mengetahui jenis batuan di bumi
3. Soil Teskid :
Soil Teskid digunakan
untuk mengetahui kandungan-kandungan organik, kapur pada tanah, serta tingkat
drainase tanah di suatu tempat.
4.
Kompas Geologi
Gambar
1. Kompas Geologi
Alat navigasi untuk
mencari arah berupa sebuah panah penunjuk magnetis yang bebas menyelaraskan
dirinya dengan medan magnet bumi secara akurat, serta mengukur kemiringan
lereng. Kompas memberikan rujukan arah tertentu, sehingga sangat membantu dalam
bidang navigasi. Dikenal beberapa macam/tipe kompas geologi,
antara lain tipe Kompas Brunton, yang dilengkapi dengan pengukur sudut vertical
yang disebut sebagai clinometer, fungsi kompas tersebut dilengkap antara lain
dengan :
• Compass needle
(Jarum Magnet)
• Graduate Circle
(Lingkaran pembagian derajat)
• Valve yang
dilengkapi dengan Cermin dan jendela intip (Sightingwindows) dan
axialline, Foldingsight,
• Sightingarm,
Peepsight,
• Clinometer
• Bull’s eyes dan
clinometer level.
Tetapi perlu diingat bahwa arah yang
ditunjuk oleh jarum kompas tersebut adalah arah utara magnet bumi, jadi bukan
arah utara sebenarnya.
5.
Hand level :
Alat ini digunakan untuk menentukan
besar kemiringan suatu lereng dan ketinggian suatu objek yang dinyatakan dalam
skala derajat maupun persen.
6.
Palu geologi :
Alat ini digunakan untuk menentukan
kekerasan dan tingkat kelapukan batuan. Palu geologi terbagi menjadi dua jenis
yaitu palu “ pick point “ dan palu “ chisel point “ (batuan
sedimen) cocok digunakan untuk batuan yang sudah di tentukan sesuai dengan
peruntukannya.
a. Palu “ pick
point “
Merupakan tipe palu
yang mana memiliki salah satu bagian yang runcing. Fungsinya digunakan untuk
tipe batuan yang keras atau padat (massif) misalnya pada batuan beku dan batuan
metamorf.
b. Palu “ chisel
point “ (batuan sedimen)
Merupakan tipe palu
yang mana memiliki salah satu bagian yang pipih.
Fungsinya di
gunakan untuk mengait perlapisan pada batuan untuk mengait perlapisan pada
batuan. Palu tipe ini biasanya di gunakan untuk tipe yang lunak misalnya pada
batuan sedimen.
7.
Pnetrometer :
Alat ini digunakan untuk mengukur
daya dukung tanah, biasanya digunakan dalam menentukan lahan yang akan dibangun
gedung-gedung besar. Alat ini terdiri dari dua jenis yaitu dinamik penetrometer
dan static penetrometer. Penetrometer (Dynamic Cone Penetrometer)
pertama kali ditemukan dan telah dikembangkan oleh almarhum Prof.George
F.Penabur pada tahun 1959,alat ini menggunakan bahan bahan yang terbuat
dari baja yang kira kira beratnya sebesar 6,8 kg panjangnya sebesar 153 cm, Dan
memiliki kemampuan untuk melakukan penetrasi kedalam tanah kira kira sebesar
3,8 cm dan memiliki diameter dari kerucutnya sebesar 450.Selain tu ada juga jenis Penetrometer (Static
Cone Penetrometer), Alat ini pertama kali ditemukan di Belanda, alat ini
memiliki diameter kerucutnya sebesar 600 dan untuk
mengukur lahan dengan luas 1,5 cm2 dan dari
masa ke masa peralatan ini semakin berkembang dan semakin canggih. Alat ini dapat
dibagi menjadi tiga kelompok utama, Yaitu
- Penetrometer kerucut mekanis
- Penetrometer kerucut elektris
- Piezocone Penetrometer
Alat ini mempunyai kekuatan/gaya dorong dari 20 sampai 200 Kn. Suatu
penetrometer terdiri dari suatu kerucut baja tahan karat lingkar dengan besar
sudut sebesar 30 derajat, Suatu poros penggerak dan suatu alat pengukur
tekanan. Penetrometer pada umumnya terdiri dari dua jenis ukuran kerucut, satu
dengan suatu garis tengah dasar 0.798 ( 3/4) inci untuk lahan yang lembut dan
satu lagi dengan suatu garis tengah dasar 0.505 ( 1/2) inci untuk lahan yang
sulit/keras. Ujung/Persenan ukurannya lebih luas dibanding poros penggerak
untuk membatasi friksi batang dengan lahan Poros penggerak pada umumnya lulus
tiap-tiap 3 inci untuk mengijinkan penentuan kedalaman compaction. Alat
pengukur tekanan menandakan adanya tekanan di dalam tanah yang memiliki satuan
inci.
8.
Timbangan analisis : Untuk mengukur berat tanah dan
batuan dan untuk menimbang bermacam-macam bahan dengan ketelitian sampai
beberapa angka dibelakang koma (minimal 0,1)
9.
Tiruan fosil :
Fungsinya untuk
mengenal berbaga macam fosil yang ada dibumi. Bagian-bagiannya adalah fosil
hewan, fosil tumbuhan, dan fosil manusia.
10. Kristal batuan :
Kristal Batuan di
gunakan untuk untuk mengetahui batuan Kristal yang ada dibumi.
B. Menganalisis Video
Geologi
Dalam
bumi terdiri atas perlapisan-perlapisan,yang setiap lapisan memiliki sifat
karakteristiktersendiri,khisusnya untuk perlapisan palingdalam memiliki sifat
latin magmatis(cair,gas,dan pijar) yang disebut magma.Magma didalam bumi selalu
dinamis(bergolak) sehingga dapat menyebabkan dinamika perlapisan bagian atas
yang bersifat”soil rigid” menjadi retak membentuk lempeng-lempeng, pergerakan
lapisan bumi ini dapat menyebabkan proses-proses Geologi
seperti:lipatan,patahan,retakan ,dll. Yang pada hakekatnya disebut
Diastropisme,proses-proses geologi ini secara global dapat digolongkan
sebagai:proses volkanime ,tektonime ,dan seisme.
Di
dalam kerak bumi secara terpisah dalam kantong-kantong tertentu terdapat magma.
Magama dalam arti luas adalah lelehan batuan yang pijar dalam wujub yang
mengandung gas, terdapat secara alamiah di dalam bumi.
Oleh
proses alamiah (proses fisikokimia) magma sebagian ada yang menyususp
antara perlapisanbatuan di dalam kerak bumi (intrusi magma), dan
sebagian lagi dapat menerobos keprmukaan bumi melalui rekehan atau sesar
perlapisan batuan (disebut : ekstrusi magma).
Erupsi
volkan (gunung api) adalah suatu kegiatan penerobosan magma ke permukaan bumi.
Bila di sertai tekanan gas yang kuat, terjadilah suatu letusan atau ledakan
yang dinamakan dengan erupsi eksplosif
C. Diagram Blok
Teori Tektonik
Lempeng berasal dari Hipotesis Pergeseran Benua (continental
drift) yang dikemukakan Alfred Wegener tahun 1912.[6] dan dikembangkan
lagi dalam bukunya The Origin of Continents and Oceans terbitan tahun
1915. Ia mengemukakan bahwa benua-benua yang sekarang ada dulu adalah satu
bentang muka yang bergerak menjauh sehingga melepaskan benua-benua tersebut
dari inti bumi seperti 'bongkahan es' dari granit yang bermassa jenis rendah yang mengambang di atas lautan basal yang lebih padat.[7][8] Namun, tanpa adanya
bukti terperinci dan perhitungan gaya-gaya yang dilibatkan, teori ini
dipinggirkan. Mungkin saja bumi memiliki kerak yang padat dan inti yang cair,
tetapi tampaknya tetap saja tidak mungkin bahwa bagian-bagian kerak tersebut
dapat bergerak-gerak. Di kemudian hari, dibuktikanlah teori yang dikemukakan
geolog Inggris Arthur Holmes tahun 1920 bahwa tautan bagian-bagian
kerak ini kemungkinan ada di bawah laut. Terbukti juga teorinya bahwa arus
konveksi di dalam mantel bumi adalah kekuatan penggeraknya
Batas
divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries) terjadi ketika dua
lempeng bergerak menjauh satu sama lain. Mid-oceanic ridge dan zona retakan (rifting)
yang aktif adalah contoh batas divergen
Batas
konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries) terjadi jika dua
lempeng bergesekan mendekati satu sama lain sehingga membentuk zona
subduksi
jika salah satu lempeng bergerak di bawah yang lain, atau tabrakan benua (continental collision) jika kedua lempeng
mengandung kerak benua. Palung laut yang dalam biasanya berada di zona
subduksi, di mana potongan lempeng yang terhunjam mengandung banyak bersifat hidrat (mengandung air), sehingga kandungan air ini dilepaskan
saat pemanasan terjadi bercampur dengan mantel dan menyebabkan pencairan sehingga
menyebabkan aktivitas vulkanik. Contoh kasus ini dapat kita lihat di Pegunungan
Andes
di Amerika Selatan dan busur pulauJepang (Japanese island arc).
Pergerakan lempeng
tektonik bisa terjadi karena kepadatan relatif litosfer samudera dan karakter
astenosfer yang relatif lemah. Pelepasan panas dari mantel telah didapati
sebagai sumber asli dari energi yang menggerakkan lempeng tektonik. Pandangan
yang disetujui sekarang, meskipun masih cukup diperdebatkan, adalah bahwa
kelebihan kepadatan litosfer samudera yang membuatnya menyusup ke bawah di zona
subduksi adalah sumber terkuat pergerakan lempengan.
D. Mengidentifikasi Batuan Beku
Batuan yang terbentuk
akibat adanya pembekuan magma didalam bumi atau pembekuan lava di atas
permukaan bumi.
Magma adalah
larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah, Bersifat mobile, bersuhu
tinggi (900-1200ºC) dan berasal dari kerak bumi bagian bawah atau
selubung bagian atas.
Penyebaran batuan
beku di permukaan bumi mencapai 60 % dari total batuan penyusun muka bumi.
Struktur batuan
beku sebagian hanya dapat dilihat di lapangan saja seperti struktur pillow lava
dan columnar joint, dan hanya sedikit yang dapat diamati pada hand speciement
sample.
Struktur batuan
beku:
a. Masif yaitu jika tidak
menunjukkan adanya fragmen batuan lain yang tertanam dalam tubuhnya.
b. Vesicular yaitu suatu
struktur batuan yang ditandai adanya lubang- lubang dengan arah teratur.
Lubang-lubang ini terbentuk akibat keluarnya gas dari dalam batuan akibat
adanya proses pembekuan.
c.
Scoria yaitu struktur
seperti vesicular tapi arah lubangnya tidak teratur.
d. Pillowlava yaitu struktur
yang dinyatakan pada batuan ekstruksi
Tertentu ukurannya
antara 10 cm – 6 m dan jaraknya berdekatan.
e. Joint yaitu
struktur yang ditandai oleh kekar-kekar yang tegak lurus arah
aliran. Struktur
ini dapat berkembang menjadi columnar joint
f. Amigdaloidal
yaitu struktur dimana lubang-lubang tempat keluarnya
gas terisi oleh
mineral-mineral sekunder (zeolit, karbonat, silika).
g. Xenolith yaitu
struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan
yang
masuk/tertanam didalam batuan beku akibat peleburan tidak sempurna
suatu batuan
samping di dalam magma yang menerobos.
h. Autobreccia yaitu struktur
pada lava yang memperlihatkan fragmen-fragmen
dari lava itu
sendiri.
Tekstur Batuan
Beku
Tekstur batuan
beku : merupakan sebagai hubungan antara massa mineral dengan massa gelas
yang membentuk massa yang merata dari batuan.
A. Derajat
Kristalisasi
Merupakan keadaan
proporsi antara massa kristal dengan massa gelas dalam batuan.
1. Holokristalin :
batuan seluruhnya terdiri atas massa kristal.
2. Hipokristalin :
batuan tersusun oleh massa kristal dan gelas.
3. Holohyalin :
batuan tersusun oleh massa gelas seluruhnya.
Contoh : Obsidian = volcanicglass
B. Granularitas
Merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku, dapat sangat halus dan
tidak dapat dikenal meskipun dengan mikroskop, tetapi dapat pula sangat kasar.
Afanitic : ukuran butir
halus (< 1 mm); menunjukkan pembekuan yang cepat
Fanerik : ukuran
butir kasar (1->30 mm); menunjukkan pembekuan yang lambat.
Porphyritic : campuran ukuran
butir yang bermacam-macam. Menunjukkan proses pembekuan yang bercampur. Umumnya
pembekuan berjalan lambat baru kemudian pembekuan berjalan cepat.
C. Bentuk Kristal
1. Euhedral : Bentuk kristal
dan butiran mineral mempunyai bidang kristal sempurna.
2. Subhedral
: Bentuk kristal dan butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang kristal yang
sempurna.
3. Anhedral
: Bentuk kristal dan butiran mineral mempunyai bidang kristal tidak sempurna.
D. Hubungan antar kristal
1. Equigranular : Bila
secara relatif ukuran kristalnya mempunyai ukuran sama besar.
2. Inequigranular
: Bila secara relatif ukuran kristalnya mempunyai ukuran sama besar
Komposisi Mineral
Dalam magma terdapat bahan-bahan yang
larut yang bersifat volatile (gas) dan nonvolatile.
Bahan-bahan non volatile, terutama yang
berupa oksida-oksida dalam kombinasi tertentu merupakan bahan pembentuk mineral
yang lazim dijumpai dalam batuan beku.
Pada saat
berlangsungnya penurunan suhu magma, terjadi proses pengabluran (pembentukan
mineral-mineral).
Berdasarkan
warnanya, mineral penyusun batuan beku dapat dibedakan menjadi dua :
1. Mineral Felsik
Mineral-mineral
berwarna terang, terutama dari mineral kuarsa, feldspar
(ex : orthoklas,
plagioklas,albit) feldspatoid dan muskovit.
2. Mineral Mafik
Mineral-mineral
berwarna gelap, terutama biotit, amphibol, piroksen dan
olivine.
3. Mineral
Sekunder
Mineral yg
terbentuk pd kristalisasi magma, umumnya jumlahnya sedikit. Dalam jumlah banyak
dapat bernilai ekonomis tetapi tidak mempengaruhi penamaan batuan spt hematit,
kromit, muscovit, zeolit.
Oleh Bowen disusun
seri penghabluran mineral-mineral silikat yang dikenal dengan Bowen’s
Reaction Series.
Deret sebelah kiri mewakili
mineral-mineral mafik yang bersifat discontinuous series (mineral-mineral yang
terbentuk diawal deret tidak akan terbentuk lagi pada deret selanjutnya).
Deret sebelah kanan adalah mineral
felsik (kelompok plagioklas) yang bersifat continuous series
(mineral-mineral yang terbentuk diawal deret tetap dapat terbentuk lagi pada
deret selanjutnya).
Kedua deret bertemu pada kelompok
mineral stabil yang tidak mudah terubah menjadi mineral lain (Orthoklas –
Quartz)
Klasifikasi Batuan
Pengklasifikasian
batuan beku dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Cara yang paling
umum adalah berdasarkan lokasi pembentukkannya dan berdasarkan komposisi
mineralnya.
A. Berdasarkan
tempat pembekuan :
a. Batuan Beku
Dalam (Abysis/Plutonis)
Tempat pemekuan
jauh di dalam kulit bumi. Berstruktur holokristakin/granites, semua bagian dari
batuan terdiri dari
kristal-kristal
(besar-besar dan kasar).
Contoh : Granit,
Diorit, Gabro, Syenit dll.
b. Batuan Beku
Gang
Tempat pembekuan
pada sela-sela lapisan batuan / pada corong diatrema.
Berstruktur
porfiris-fenokrist pengkristalan sempurna, ada sebagian yang Besar dan
kasar adapula yang halus.
Contoh : Porfir
granit, porfirit, porfir syenit, porfir gabro.
c. Batuan Beku
Luar
Tempat pembekuan di permukaan bumi (lava). Berstruktur amorf
: kristal terberbentuk, sangat halus.
Contoh : Rhyolit,
Andesit, Trachit, Basalt, Obsidian, dll
E. Mengidentifikasi Batuan
Sedimen
Batuan yang terbentuk akibat
lithifikasi dari hancuran batuan induk. Lithifikasi batuan meliputi proses
kompaksi autigenik dan diagenesa (proses terubahnya material-material lepas
menjadi batuan yang kompak).
Batuan sedimen sangat banyak jenisnya
dan tersebar luas dengan ketebalan dari beberapa cm sampai beberapa km. Secara
lateral penyebaran batuan sedimen mencapai 70 % dari batuan yang ada
dipermukaan akan tetapi batuan sedimen hanya merupakan 5 % dari batuan yang ada
di bumi.
Secara umum batuan
sedimen terbagi atas dua kelompok besar yaitu :
1. Batuan Sedimen Silisiklastik
Batuan sedimen
silisiklastik merupakan batuan ekstrabasinal yang pembentukannya melibatkan
proses epigen dari batuan sumber atau pre-existing rock.
Batuan silisiklastik
berdasarkan besar butirnya dikelompokkan menjadi kelompok mudrock, batupasir
dan konglomerat atau breksi.
Fragmen rombakan bisa
jadi terdiri dari fragmen batuan tetapi pada umumnya tersusun atas mineral
kuarsa yang merupakan mineral paling stabil dan felspar sedangkan butiran yang
berukuran halus akan menjadi batulanau, batulempung maupun sebagai matrik dalam
batuapasir, breksi dan konglomerat.
Butir-butiran klastik
pada batuan ini terbentuk setelah mengalami proses-proses pelapukan mekanik
atau kimiawi maupun keduanya, proses transportasi serta pengendapan.
Transportasi sedimen
dapat terjadi oleh adanya air, angin, es, arus pasang-surut dan arus turbidit.
Kenampakan umum yang
sangat penting dalam batuan silisiklastik adalah struktur sedimen dan tekstur
terutama yang terbentuk selama proses pengendapan, post depositional atau saat
diagenesis.
2. Batuan karbonat
Batuan karbonat
adalah batuan sedimen yang mempunyai komposisi yang dominan (>50 %) terdiri
dari garam-garam karbonat yang secara umum meliputi batugamping dan dolomit.
Batuan karbonat
merupakan batuan intrabasinal yang pembentukannya tidak mengalami erosi dan
transportasi tetapi butiran-butiran karbonat mencerminkan produktivitas
organik.
Proses pembentukannya
dapat terjadi secara insitu yang berasal dari larutan yang mengalami proses
kimiawi maupun biokimia pada proses tersebut organisme turut berperan, dapat
pula terjadi dari butiran rombakan yang telah mengalami transportasi secara
mekanik dan kemudian diendapkan pada tempat lain dan pembentukannya dapat pula
terjadi akibat proses diagenesa dari batuan karbonat yang lain seperti dalam
proses dolomitisasi dimana kalsit berubah menjadi dolomit.
Sedangkan berdasarkan proses
pembentukkannya batuan sediment terbagi atas:
1.
Sedimen Klastik
2. Sedimen non
klastik
: a. Sedimen kimiawi
b. Sedimen biologic
Sedimen klastik
Mengalami transportasi dengan media
fluida (air, angin, gletser) sehingga pengendapannya tidak pada tempat
terdapatnya batuan induk.
Contoh : Batupasir,
konglomerat
Sedimen non
klastik
Umumnya insitu atau tidak mengalami
transportasi sehingga pengendapannya relative dekat dengan batuan induk.
a.
Sedimen organik
Batuan sedimen yang
dihasilkan oleh aktivitas organisme, terdapat sebagai sisa organisme yang
biasanya tetap tinggal di tempatnya.
Contoh : Batugamping terumbu,
batubara
b.
Sedimen kimia
Batuan sedimen
yang dihasilkan oleh proses penguapan, terutama di daerah aride.
Batuan ini umumnya
hanya tersusun atas satu komposisi mineral dengan kilap yang umumnya
non-metalik.
Contoh : Gipsum
KOMPOSISI
Komposisi batuan
sedimen dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
1. Fragmen → Butiran
pembentuk batuan yang berukuran paling besar. Fragmen dapat berupa butiran
mineral, batuan atau fosil.
2. Matrik
→ Bagian dari butiran pembentuk batuan yang berukuran lebih kecil
dari fragmen. Biasanya berkomposisi sama dengan fragmen.
3. Semen →
Bahan pengikat antara fragmen dengan matrik.
Dalam sediment klastik dikenal 3 macam
semen yaitu :
1. Karbonat
: Kalsit, dolomite
2. Silikat : Kalsedon,
Kuarsa
3. Oksida
Besi : Hematit, limoni
Silisiklastik
Komposisi batuan
silisiklastik terdiri atas fragmen, matrik dan semen.
Batuan sedimen
klastik tersusun oleh butiran-butiran hasil rombakan atau detrital grains
sebagai pembentuk kerangka utama batuan sedimen.
Matriks yang terdiri
dari butiran halus menempati ruang antar butiran, sedangkan mineral autogenic
dan semen terbentuk pada saat diagenesa.
Komposisi mineral
yang dominan pada batuan silisiklastik adalah mineral-mineral stabil yang tahan
terhadap proses pelapukan dan transportasi.
Mineral yang sering
dijumpai pada batuan sedimen silisiklastik diantaranya adalah kuarsa
sebagai mineral paling stabil, feldspar yang berasal dari batuan induk yang
sama dengan kwarsa, mika dan mineral lempung.
Butiran-butiran
tersebut selanjutnya akan diikat oleh semen yang dapat berupa semen silika,
semen karbonat dan oksida besi.
Karbonat
Pada dasarnya
komposisi batuan karbonat sangat bervariasi tetapi secara umum dapat
dikelompokkan menjadi non skeletal grains, skeletal components, micrite dan
cement.
Butiran tersebut
merupakan butiran karbonat dan bagian dari sisa organisme yang dibagi
berdasarkan bentuk butir dan ukuran butirnya.
Karena lingkungan
pembentukan batuan karbonat yang sangat khas maka detritus asal darat sangat
sedikit bahkan tidak ada dalam batuan karbonat.
TEKSTUR
Menurut Pettijohn
(1975) tekstur adalah “suatu kenampakan yang berhubungan dengan ukuran
dan bentuk butir serta susunannya”. Secara umum tekstur batuan sedimen
mencerminkan proses-proses yang terjadi pada saat pengendapan.
Tekstur batuan sedimen Klastik
1.
Ukuran butir
Ukuran butir pada batuan sediment
klastik menggunakan skala wenthworth sebagai parameternya.
Tabel 1. Skala wenthworth
Wentworth Size Scale
|
||
Boulder
|
>256 mm
|
Conglomerate
|
Cobble
|
64-256 mm
|
|
Pebble
|
2-64 mm
|
|
Sand
|
1/16-2 mm
|
Sandstone
|
Silt
|
1/256-1/16 mm
|
Siltstone
|
Clay
|
<1/256 mm
|
Shale
|
1.
Derajat pemilahan (sortasi)
Merupakan gambaran
tingkat keseragaman dari butiran pembentuk batuan sedimentt.
a.
Pemilahan baik (wellsorted)
b.
Pemilahan sedang (moderatelysorted)
c.
Pemilahan buruk (poorlysorted)
2.
Derajat Pembundaran (Roundness)
a.
Menyudut (angular)
b.
Menyudut tanggung (sub-angular)
c.
Membulat tanggung (subrounded)
d.
Membulat (rounded)
e.
Membulat baik (wellrounded)
3.
Kemas
Menunjukkan
hubungan kerapatan antara butiran penyusun dalam batuan sediment.
a. Kemas
terbuka : kerapatan antar butiran kecil/renggang
b. Kemas tertutup :
kerapatan antar butiran besar/rapat
Pada batuan
silisiklastik butirannya akan dibedakan berdasarkan ukurannya yaitu mulai dari
ukuran yang paling halus hingga paling kasar.
Pada umumnya
pembagian ukuran butir pada sedimen klastik menggunakan skala Wentworth yang
selanjutnya akan menjadi dasar penamaan batuan sedimen silisiklastik seperti :
batupasir, batulempung, batulanau dan sebagainya.
Ukuran butir pada
batuan silisiklastik akan berhubungan langsung dengan porositas dan
permebilitas batuan karena butiran-butiran tersebut yang membentuk
rongga-rongga pori.
klasifikasinya
menggunakan parameter tekstur seperti ukuran butir, bentuk butir, sortasi dan
kemas.
Tekstur terutama
ukuran butir dalam batuan sedimen silisiklastik akan menunjukkan tingkat
kedewasaan dari sedimen tersebut dan menggambarkan dinamika transportasi
sedimen.
Nonklastik
A. Sedimen Organik
Pada batuan karbonat
klasifikasi yang digunakan berhubungan dengan matrik dan partikel yang menyusun
batuan yang dikenal dengan istilah Allochem, mikrit dan sparit.
Bentuk butir dalam
batuan karbonat akan sangat khas jika merupakan unsur dari organisme seperti
cangkang dan fragmen kerangka.
Bentuk butir dalam
batuan karbonat akan menunjukkan energi dalam lingkungan pengendapannya.
Pada batuan karbonat
partikel-partikel karbonat dibagi menjadi dua yaitu butiran (>0,02 mm) dan
lime mud (<0,02 mm).
Karena sifatnya yang
mudah larut ukuran butir pada batuan karbonat tidak berhubungan langsung dengan
besarnya porositas dan permeabilitas batuan.
Pada batuan karbonat
tekstur akan menunjukkan unsur-unsur organik sebagai komponen karbonat yang
terdeposisi.
Unsur-unsur organik
yang menyusun batuan karbonat dapat terdiri dari komponen organisme dengan
ukuran kecil hingga besar yang dapat pula menjadi indikasi kedewasaan suatu
batuan karbonat.
B. Sedimen
Kimiawi
Pemerian sediment
kimiawi meliputi :
a.
Warna batuan
b.
Komposisi
c.
Kilap
d.
Ukuran butir
e.
Mineral
Teksturnya :
a.
Kristalin
b.
Amorf
c.
Gelas
d.
Fibrous
STRUKTUR
Struktur batuan
sedimen (struktur primer) umumnya tidak banyak yang dapat diamati di
laboratorium karena umumnya mempunyai skala yang cukup besar.
Struktur batuan sediment diantaranya :
1.
Struktur perlapisan
Merupakan
struktur utama batuan sedimen klastik yang menunjukkan adanya bidang-bidang
perlapisan sebagai hasil proses pengendapan.
Faktor-faktor yang menyebabkan adanya struktur perlapisan
:
a.
Perbedaan warna
b.
Perbedaan ukuran butir
c.
Perubahan struktur
sediment
d.
Perbedaan komposisi
mineral
e.
Perbedaan kekompakan
f.
Perubahan macam
batuan
Dalam klasifikasinya
batuan sedimen mengacu pada proses pembentukannya, apakah termasuk dalam
sediment klastik ataupun sedimen non klastik.
Klasifikasi batuan
sediment klastik umumnya lebih sederhana karena penamaannya dapat didasarkan
pada ukuran butirnya.
Sedangkan untuk
batuan non klastik masih harus dilihat komposisinya secara menyeluruh.
F. Mengidentifikasikan Batuan Metamorf
Batuan
metamorf adalah batuan ( beku maupun sedimen) yang telah mengalami perubahan
sifat dan kondisi aslnya. Sifat utama batuan ini adalah karena proses
rekristalisasi dikedalaman kerak bumi 3-20 km yang keseluruhan atau sebagian
besar
terjadi dalam keadaan
padat (tanpa melalui fase cair),sehingga terbentuk struktur minerologi baru
yang sesuai dengan lingkungan fisik baru ( tekanan dan tenperatur).
Proses metamorfisme
Batuan mengalami penambahan tekanan (P) atau temperature (T) atau kenaikan P
dan T secara bersamaaan sehingga mengalami perubahan susunan mineraloginya
(susunan kimianya tetap) yang berlangsung dari fase padat ke fase padat tanpa
mengalami fase cair.
Tipe-tipe metamorfisme :
1. Thermal/kontak
=> T mengalami kenaikan
2. Dinamo/dislokasi/kataklastik
=> P mengalami kenaikan
3. Regional
=> P & T
naik secara bersamaan
Klasifikasi dan Penamaan jenis batuan
metamorf
Secara umum batuan
metamorf dibagi dalam dua kelompok yang didasarkan atas strukturnya, yaitu:
1. Foliasi/Banded
Mempunyai kenampakan seperti perlapisan akibat adanya penjajaran mineral
2. Non-Foliasi
Tidak mempunyai kenampakan seperti perlapisan akibat adanya penjajaran mineral
Tabel 1. Kondisi
foliasi dan non foliasi pada batuan metamorf
FOLIASI
|
NON FOLIASI
|
Komposisi
mineralnya bermacam-macam,/kompleks
|
Komposisi
mineralnya sederhana, hanya terdiri dari beberapa mineral seperti calcite
atau kuarsa.
|
Banyak mineral baru
yang terbentuk akibat perubahan T dan/atau P.
|
mineral baru yang
terbentuk akibat perubahan T dan/atau P.
|
Teksturnya
berlapis, foliasi, liniasi, banded.
Mineral mempunyai
orientasi yang relatif sama.
|
Teksturnya granular
dan equi- dimensional.
Mineral tidak
mempunyai orientasi.
|
Banyak batuan
dengan komposisi yang beragam
|
Batuan dalam jumlah
terbatas dengan mineral sederhana.
Contohnya:
kuarsa-Quartzite batugamping-Marble lanau - Hornfels |
Tekstur pada batuan metamorf
diantaranya :
a. Kristaloblastik
Tekstur yang terjadi
pada saat tumbuhnya mineral dalam suasana padat (tekstur batuan asalnya tidak
tampak lagi).
1. Lepidoblastik
Tekstur yang didominasi mineral-mineral
pipih yang memperlihatkan orientasi sejajar (biotit, muskovit).
2. Nematoblastik
Mineral-mineral berbentuk jarum yang
memperlihatkan orientasi sejajar (amphibol, piroksen)
3. Granoblastik
Mineral berbentuk butiran dengan sisi
kristal yang bergerigi (kuarsa, kalsit)
4. Porfiroblastik
Suatu kristal besar (fenokris)
tertanam dalam massa dasar yang lebih halus.
5. Idioblastik
Bentuk mineral-mineral penyusunnya euhedral.
6. Xenoblastik
Bentuk mineral-mineral penyusunnya anhedral.
b. Palimpsest (tekstur sisa)
1. Blastoporfiritik
Suatu tekstur sisa dari batuan asal yang
bertekstur porfiritik
2. Blastoopitik
Suatu tekstur sisa dari batuan asal
yang bertekstur opitik.
Struktur
a.
Foliasi :
mempunyai kenampakan seperti perlapisan akibat adanya penjajaran mineral
1.
Slatycleavage
Struktur
batuan sabak (slate), seperti schistose tetapi tidak ada perlapisan
akibat pemisahan dari macam-macam mineral (segregation bending).
Contoh:
Slate ---> batulempung yang mengalami metamorfosa derajat rendah.
2. Philithic
Struktur pada batuan
filit, tingkatnya lebih tinggi dari slate, sudah ada segregation bending
tapi tidak sebagusbatuan berstruktur schistose (foliasi diperlihatkan oleh
kepingan halus mika). Contoh : Philit
3. Schistose
Foliasi nampak secara
jelas pada kepingan-kepingan mika, membentuk belahan yang tidak putus-putus.
Contoh : Schist
4. Gneissic
Foliasi oleh
mineral-mineral granular dan memperlihatkan belahan-belahan yang tidak rata.
Contoh : gneiss
b. Non Foliasi : tidak
nampak adanya penjajaran mineral
1.
Hornfelsik
Struktur khas pada batuan hornfels
(metamorf thermal) dimana butirannnya tidak menunjukkan adanya pengarahan.
2.
Kataklastik
Struktur yang terdiri dari
pecahan-pecahan atau fragmen-fragmen batuan maupun mineral.
3.
Milonitik
Sama dengan kataklastik tetapi
butirannnya lebih halus dan dapat dibelah-belah seperti schistose.
G. Mengukur Kekerasan Batuan dan
Massa Jenis Batuan
Identifikasi
Mineral
Identifikasi
mineral dapat dilakukan berdasarkan sifat-sifat fisik mineral, diantaranya :
I.
Kekerasan
(hardness)
Merupakan sifat ketahanan mineral terhadap goresan. Parameter
yang biasa digunakan adalah Skala Mohs. Untuk standar kekerasan biasa digunakan
10 pembagian skala dimana skala 1 adalah mineral paling lunak dan skala 10
adalah mineral paling keras.
a.Batuan beku umumnya memiliki sifat dan kekerasan dan massa
jenis yang berbeda.
b.Batuan sedimen umumnya memiliki kekerasan batuan yang
rendah/kecil dan massa jenis yang bervariasi.
c.Batuan metamorf umumnya memiliki sifat kekerasan dan massa
jenis yang lebih tinggi dari sifat batuan asalnya.
Untuk
menentukan tingkat kekerasn batuan dengan memakai acuan ”MohsScale”(skalamosh)
yang dibagiatas10 tingkat:
Tabel 2. Skala Mohs
Nama
Mineral
|
Rumus
Kimia
|
Kekerasan
|
Keterangan
|
Talk
|
Mg3Si4O10(OH)2
|
1
|
Ditekan jari
|
Gypsum
|
CaSO42H2O
|
2
|
Digores kuku
|
Kalsit
|
CaCO3
|
3
|
Menggores kuku
|
Flourit
|
CaF2
|
4
|
Perunggu
|
Apatit
|
Ca5(FCl)(PO4)3
|
5
|
Pisau baja
|
Ortoklas/Felspar
|
KAlSi3O8
|
6
|
Kikir
|
Kuarsa
|
SiO2
|
7
|
Baja
|
Topaz
|
(Al2F)2SiO4
|
8
|
Baja dapat digores
|
Corundum
|
Al2O3
|
9
|
Baja dapat igores
|
Diamond
|
C
|
10
|
Semua
benda dapat digores
|
Catatan : 1 – 2 dapat
digores dengan kuku
3 – 5 dapat digores
dengan paku
6 – 9 dapat digores
dengan kaca
10
dapat menggores semua benda
II.
Berat jenis
Cara pengukuran
berat jenis mineral ada bermacam-macam, diantaranya dengan menimbang mineral
tersebut dan memperbandingkannya dengan volume.
ρ = m/v
ρ =
massa jenis
m =
berat (gr)
v =
volume (cm3)
Tabel
3. berat jenis mineral
Massa Jenis
|
Klasifikasi
|
Contoh
|
< 2,7
|
Ringan
|
Kuarsa
|
2,7 – 3,0
|
Sedang
|
Mika
|
3,1 – 3,3
|
Berat
|
Tourmalin
|
3,4 – 4,0
|
Amat berat
|
Olivin
|
> 4,0
|
Teramat berat
|
Zircon
|
H. Mineral dan Kristal
Mineral
Definisi mineral didasarkan pada 5 ketentuan umum yaitu :
1. merupakan mineral
alami.
2. umumnya anorganik.
3. mempunyai sifat fisis
dan kimia tetap
4. berupa unsure tunggal
atau persenyawaan yang tetap
5. homogen (tidak dapat
diurai dengan proses fisis)
6. Dapat berupa
padat, cair (HgS, H2O) dan gas (H2S, CO2, CH4)
mineral adalah elemen atau komponen
kimiawi yang umumnya kristalin dan terbentuk sebagai hasil dari proses
geologi (Nickel, E. H., 1995).
Mineral adalah bahan alam yang umumnya
anorganik dengan komposisi kimia dan kondisi fisik yang tertentu (O' Donoghue,
1990).
Benda padat homogen terdapat di alam
terbetun secara anorganik, mempunyai komposisi kimia tertentu & mempunyai
susunan atom yg teratur (L.G. Berry & B. Mason, 1959)
Bahan padat dgn struktur homogen
mempunyai kompisisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yg anorganik
(Whitten & J.R.V. Brooks, 1972)
zat atau bahan yg homogen mempunyai
komposisi kimia tertentu dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk di alam dan
bukan hasil suatu kehidupan (A.W.R. Potter & H. Robinson, 1977)
Secara umum mineral adalah zat atau
benda yang terbentuk oleh proses alam, biasanya bersifat padat serta tersusun
atas komposisi kimia tertentu. Mineral pada umumnya anorganik.
klasifikasi mineral
yang biasa digunakan adalah klasifikasi dari Dana, yang mendasarkan pada
kemiripan komposisi kimia dan struktur kristalnya, yaitu:
a.
Unsur (native
element), hanya memiliki satu unsur kimia, sifat dalam umumnya mudah
ditempa dan/atau dapat dipintal, seperti emas, perak, tembaga, arsenik,
bismuth, belerang, intan, dan grafit.
b.
Mineral sulfida atau
sulfosalt, merupakan kombinasi antara logam atau semi-logam dengan belerang
(S), misalnya galena (PbS), pirit (FeS2), proustit (Ag3AsS3),
dll
c.
Oksida dan
hidroksida, merupakan kombinasi antara oksigen atau hidroksil/air dengan satu
atau lebih macam logam, misalnya magnetit (Fe3O4),
goethit (FeOOH).
d.
Haloid, dicirikan
oleh adanya dominasi dari ion halogenida yang elektronegatif, seperti Cl, Br,
F, dan I. Contoh mineralnya: halit (NaCl), silvit (KCl), dan Fluorit (CaF2).
e.
Nitrat, karbonat dan
borat, merupakan kombinasi antara logam/semilogam dengan anion komplek, CO3
atau nitrat, NO3 atau borat (BO3). Contohnya: kalsit
(CaCO3), niter (NaNO3), dan borak (Na2B4O5(OH)4
. 8H2O).
f.
Sulfat, kromat,
molibdat, dan tungstat, dicirikan oleh kombinasi logam dengan anion sulfat,
kromat, molibdat, dan tungstat. Contohnya: barit (BaSO4), wolframit
((Fe,Mn)Wo4)
g.
Fosfat, arsenat, dan
vanadat, contohnya apatit (CaF(PO4)3), vanadinit (Pb5Cl(PO4)3)
h.
Silikat, merupakan
mineral yang jumlah meliputi 25% dari keseluruhan mineral yang dikenal atau 40%
dari mineral yang umum dijumpai. Kelompok mineral ini mengandung ikatan antara
Si dan O. Contohnya: kuarsa (SiO2), zeolit-Na (Na6[(AlO2)6(SiO2)30]
. 24H2O).
Adalah kesan mineral jika terkena
cahaya.
Warna mineral dapat dibedakan menjadi
dua:
1.
Idiokromatik
bila warna mineral
selalu tetap, umumnya dijumpai pada mineral-mineral yang tidak tembus cahaya
(opak)
Sulfur --------- kuning
Magnetit ------ hitam
Pirit ----------- kuning loyang
2. Alokromatik
bila warna mineral
tidak tetap dapat berubah-ubah, tergantung dari material pengotornya. Umumnya
terdapat pada mineral-mineral yang tembus cahaya, seperti kuarsa, kalsit.
Halite --------- abu-abu, biru,
kuning, coklat
Kuarsa --------- violet (amethyst),
merah muda, coklat-hitam
Faktor yang
mempengaruhi warna :
a. Kompiosisi kimia
Chlorite - hijau
Albite --- Putih
b. Struktur kristal
dan ikatan atom
Intan - tak berwarna
-- Isometric
Graphite -- hitam
-- hexagonal
c. Pengotoran dari
mineral
Silika -- tak
berwarna -- Jasper - merah
Chalsedon
kecoklatan
V. Belahan (Cleavage)
Adalah kenampakan
mineral berdasarkan kemampuannya membelah melalui bidang-bidang belahan yang
rata dan licin.
Bidang belahan
umumnya sejajar dengan bidang tertentu dari mineral tersebut.
Kecenderungan mineral
untuk memebelah diri pada satu arah tertentu atau lebih dan membentuk bidang
belahan.
Belahan dibagi berdasarkan bagus tidaknya
permukaan bidang belahan, yaitu :
a.
Sempurna (perfect),
bila bidang belahan sangat rata, bila pecah tidak melalui bidang belahan agak
sukar (kalsit, galena, halite)
b.
Baik (good),
bidang belahan rata, tetapi tidak sebaik yang sempurna, masih dapat pecah pada
arah lain (felspar, diopsit)
c.
Jelas (distinct),
bidang belahan jelas, tetapi tidak begitu rata, dapat dipecah pada arah lain
dengan mudah (hornblende, staurolite)
d.
Tidak jelas (indistinct),
dimana kemungkinanuntuk membentuk belahan dan pecahan akibat adanya tekanan
adalah sama besar (Platina, emas)
e.
Tidak sempurna (imperfect),
dimana bidang belahan sangat tidak rata, sehingga kemungkinan untuk membentuk
belahan sangat kecil daripada untuk membentuk pecahan (apatit, casiterit).
Contoh :
Muscovit dan biotit,
mempunyai kecenderungan untuk membelah diri satu arah, dimana dapat terbelah
menjadi lempeng-lempeng tipis.
Augite, mempunyai
belahan dua arah tegak lurus
Hornblende, mempunyai
belahan dua arah membentuk sudut 124.
Kalsit, mempunyai
belahan tiga arah yang saling tidak tegak lurus.
VI. Pecahan (Fracture)
Adalah kemampuan
mineral untuk pecah melalui bidang yang tidak rata dan tidak teratur.
Pecahan dapat
dibedakan menjadi:
a.
pecahan konkoidal,
bila memperlihatkan gelombang yang melengkung di permukaan atau seperti botol
atau kulit bawang. (kuarsa, obsidian)
b.
pecahan
berserat/fibrus(splintery), bila menunjukkan kenampakan seperti serat,
contohnya asbes, augit;
c.
pecahan tidak rata (uneven),
bila memperlihatkan permukaan yang tidak teratur dan kasar, misalnya pada
garnet;
d.
pecahan rata (Even),
bila permukaannya rata dan cukup halus, contohnya: mineral lempung;
e.
pecahan runcing, bila
permukaannya tidak teratur, kasar, dan ujungnya runcing-runcing, contohnya
mineral kelompok logam murni;
f.
tanah(earthy),
bila kenampakannya seperti tanah, contohnya mineral lempung.
VII. Daya Tahan Terhadap Pukulan (Tenacity)
Daya Tahan mineral terhadap
pemecahan, pembengkokan, penghancuran dan pemecahan. Macamnya :
a.
Brittle, mineral mudah
hancur menjadi tepung halus (kalsit, kuarsa, hematit)
b.
Sectile, mineral mudah
terpotong pisau tapi tidak berkurang menjadi tepung (gypsum)
c.
Malleable, mineral jika
ditempa palu menjadi pipih (Au, Ag)
d.
Ductile, mineral jika
ditarik tambah panjang dan jika dilepaskan tidak kembali seperti semula (copper,
olivine)
e.
Flexible, mineral dapat
dilengkungkan dengan mudah (Talk, mika)
f.
Elastic, mineral merenggang
jika ditarik dan jika dilepaskan kembali seperti semula (muscovite, hematitetipis)
IIX. Gores (streak)
Merupakan warna asli
dari mineral apabila mineral ditumbuk sampai halus. Merupakan warna mineral
dalam bentuk serbuk yaitu dengan menggoreskan mineral pada keping porselen
kasar.
Contoh :
Warna kuning pada
Pirit bila diasah memberi gores warna hitam
Warna kehitaman pada
Hematit bila diasah memberi gores warna merah hati
Gores tidak berwarna
pada Biotit
Gores berwarna putih
pada orthoklas
IX. Sifat Kemagnetan
Semua mineral
menunjukkan sifat magnetis meskipun untuk mengukurnya membutuhkan alat yang
khusus.
Terbagi atas :
a.
Paramagnetit (magnetit),
mineral mempunyai gaya tarik terhadap magnet (magnetit, pyrotit)
b.
Diamagnetit (nonmagnetit),
mineral mempunyai gaya tolak terhadap magnet
X. Derajat
Ketransparanan
Sifat ini tergantung
pada kemempuan mineral mentransmisikan cahaya. Dibedakan atas :
a.
Opaque mineral,
mineral tdk tembus cahaya meskipun dalam bentuk helaian yang tipis (logam
mulia, belerang)
b.
Transparent mineral,
mineral tembus pandang seperti kaca biasa (batu-batu kirstal)
c.
Translucent mineral,
tembus cahaya taoi tidak tembus pandang (kalsdon, gypsum, opal)
d.
Mineral-mineral tidak
tembus pandang dalam bentuk pecahan tetapi tembus cahaya pada lapisan tipis (feldspar,
karbonat, silica)
KRISTALOGRAFI
Kristalografi adalah
suatu cabang dari mineralogi yang mempelajari sIstem-sistem kristal. Suatu
kristal dapat didefinisikan sebagai padatan yang secara esensial mempunyai pola
difraksi tertentu (Senechal, 1995 dalam Hibbard,2002).
Kristal adalah Bahan
padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus air serta menuruti hukum-hukum
ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya mengikuti hokum geometri, jumlah
dan kedudukan dari bidangnya tertentu dan teratur.
Bahan padat homogen :
a. Tidak termasuk
didalamnya cair dan gas
b. Tidak dapat diuraikan
menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dengan proses fisika
A. Geometri
kristalografi
Sumbu Kristalografi :
Suatu garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal.
Kristal mempunyai
bentuk 3D (panjang, lebar dan tinggi)
|
Gambar. Prinsip letak bidang kristal terhadap sumbu
B. Sistem
kristalografi
Sistem
kristalografi dibagi menjadi 7 sistem didasarkan pada :
1. Perbandingan
panjang sumbu-sumbu kristalografi
2. Letak atau posisi
sumbu-sumbu kristalografi
3. Jumlah sumbu
kristalografi
4.
Nilai sumbu C atau Sb Vertika
7 Sistem Kristal :
1. Sistem
Regulair/isometric/ kubus/kubik/tesseral
* Jumlah sumbu kristalnya 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.
* Jumlah sumbu kristalnya 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.
* Masing-masing sumbu sama
panjangnya.(sb a = b = c) - Disebut jg sb a
* sudut α = β = γ
2. Sistem tetragonal/Quadratic
|
3 Sistem rombic/ orthorombis/ prismatic /trimetric
|
4. Sistem heksagonal
|
Sistem ini mempunyai
empat sumbu kristal
sumbu c tegak lurus
terhadap ketiga sumbu yang lain.
Sumbu a, b, dan d
masing-masing saling membentuk sudut 120º satu terhadap yang lain
Sumbu a, b, dan d
mempunyai panjang yang sama.
Sedangkan panjang c
berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).
5. Sistem
trigonal/rhombohedral
Beberapa ahli
memasukkan sistem ini ke dalam sistem heksagonal
Demikian pula cara
penggambarannya juga sama.
Perbedaannya bila
pada trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang berbentuk segienam kemudian
dibuat segitiga degan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik
sudutnya.
6. Sistem
monoklin/oblique/clinorombic
Monoklin artinya
hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya.
Sumbu a tegak lurus
terhadap sumbu b;
b tegak lurus
terhadap c,
tetapi sumbu c tidak
tegak lurus terhadap sumbu a.
Ketiga sumbu tersebut
mempunyai panjang yang tidak sama,
umumnya sumbu c yang
paling panjang dan sumbu b yang paling pendek.
|
7. Sistem triklin
Sistem ini mempunyai
tiga sumbu yang satu dengan lainnya tidak saling tegak lurus.
Demikian juga
panjang masing-masing sumbu tidak sama.
H. Mengidentifikasikan Fosil *PALEONTOLOGI |
Paleo : masa lampau/kuno
Onthos : Kehidupan
Logos : Ilmu
Ilmu yang mempelajari kehidupan masa
lampau → fosil
secara singkat definisi dari fosil
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1.
Sisa-sisa organisme.
2.
Terawetkan secara alamiah.
3.
Pada umumnya padat/kompak/keras.
4.
Berumur lebih dari 11.000 tahun
CARA HIDUP MAKHLUK HIDUP
Tempat Hidup / Lingkungan :
1.
Benthos (di dasar laut)
-Secyl : menempel pada
benda mati & tidak berpindah-pindah
-Vagyl : di dasar laut &
berpindah-pindah
2.
Pelagos (melayang-layang)
-Planktonik :
bergerak pasif mengikuti arus
-Nektonik
: bergerak aktif di permukaan
PLANKTON
1.
Formanifera plankton
Susunan kamar pada
foraminifera plankton daoat dibagi:
a.Planispera sifat terputar pada satu
bidang,semua kamar terlipat,pandanngan serta jumlah kamar vertal dan dorsal
sama.Contoh:Hastigenera.
b.Trochospiral,sifat terputar tidak
oada satu bidanng,tidak semua kamar terlipat,pandangan serta jumlah kamar
vertal dan dorsal tidak sama.Contoh:Glbigerina.
c.Streptospiral,sifat mula-mula
trochospiral,kemudian planispiral sehingga menutupi sebagian atau seluruh
kamar-kamar sebelumnya. Contoh:Pulleniatina
.
Apartur
Apartur adalah lubang utama dari test
forminiferayang terletak pada kamar terakhir.Khusus foraminifera plankton
bentuk apaerture maupun variasinya lebih sederhana.Umumnyamempunyai bentuk
Aperture utama interiomarginal yanng terletak pada dasar( tepi) kamar akhir (septal
face) dan melekuk kedalam,terlihat pada bagian ventral (perut).
2.
Pengenalan Genus dan Spesies
Foraminifera plankton
a.Famili Globigeriniidae,Famili ini
pada umumnya mempunyai bentuk test spherical atau hemispherical,bentuk kamar globural
dan susunan kamar trochhospiral rendah atau tinggi.
b.Famili Globorotaliidae,bentuk
kamar subglobular atau agular conical, susunan kamar trochospiral.
c.Famili Hantkeniidae,yang
merupakan kamar hannya yang punya spine jika tidak ya tidak.
BENTHOS
1.
Formanifera Benthos
Susunan Kamar
formanifera Benthos
a.
Monothalamus,adalah susunan dan
bentuk-bentuk kamar akhir foraminifera yang hannya terjadi dari satu kamar
b.
ApertureForaminiferaBenthos,golongan benthos
memiliki bentuk aparture yang bervariasi.Dan aperture itu sendiri merupakan
bagian penting dari test foraminifera,karena merupakan lubang tempat proto
plasma organisme tersebut bergerak keluar dn masuk.
c.
Pengenalan genus dan
spesies foraminifera Benthos
J. Membaca dan Menafsirkan Peta
Geologi
Peta Geologi merupakan Peta Tematik
yang berisi informasi tentang berbagai kondisi geologis, seperti : formasi
batuan, proses-proses geologis (misalnya : patahan/sesar, lipatan, depresi, dan
lainya),penampang melintang suatu formasi (formasi batuan tertentu),
informasi-informasi mengenai material batuan, umur formasi, ketebalan lapisan
dan lain-lainya).
Peta geologi dapat dibedakan atas peta
geologi sistematik dan peta geologi tematik:
Peta geologi
sistematik adalah peta yang menyajikan data geologi pada peta dasar topografi
atau batimetri dengan nama dan nomor lembar peta yang mengacu pada SK Ketua
Bakosurtanal No. 019.2.2/1/1975 atau SK penggantinya.
Peta geologi tematik
adalah peta yang menyajikan informasi geologi dan/atau potensi sumber daya
mineral dan/atau energi untuk tujuan tertentu.
Pemetaan geologi adalah pekerjaan atau
kegiatan pengumpulan data geologi, baik darat maupun laut, dengan berbagai
metoda. Sumber daya geologi adalah sumber daya alam yang meliputi sumber daya
mineral, energi, air tanah, bentang alam dan kerawanan bencana alam geologi.
Persyaratan teknis penyusunan peta
geologi meliputi simbol peta, istilah, keterangan peta, penyajian peta,
penerbitan, spesifikasi dan ukuran lembar peta, yang sesuai dengan hasil
pembakuan SNI No. 13-4691-1998 dan SNI 13-5015-1998.
1.
Simbol Peta
Simbol peta dipakai untuk menggambarkan
suatu informasi pada peta berupa
singkatan
huruf, tata warna, corak dan simbol geologi atau gabungannya.
a. Singkatan huruf digunakan untuk
menunjukkan satuan litostratigrafi dan kronostratigrafi pada peta.
b. Tata warna digunakan untuk
membedakan satuan peta geologi berdasarkan jenis dan umur satuan batuan serta
satuan geokronologi. Corak geologi dipakai untuk membedakan jenis litologi pada
peta. Simbol geologi digunakan untuk membedakan fenomena geologi pada peta.
2.
Istilah
Peristilahan yang digunakan pada peta
geologi mengacu pada Glossary of Geology (American Geological Institute,
1972), Peristilahan Geologi dan Ilmu Berhubungan (M.M. Purbohadiwidjojo,
1975) dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.
3.
Keterangan Peta
Keterangan peta ditulis dalam Bahasa
Indonesia dan terjemahannya dalam Bahasa Inggris yang dicetak dengan huruf
miring.
4.
Penyajian Peta
Penyajian peta meliputi tata letak,
korelasi satuan peta dan uraian singkat setiap satuan peta.
5.
Lampiran Peta
Peta geologi dapat disertai lampiran
yang berisi uraian data dan informasi daerah yang bersangkutan yang tidak dapat
diuraikan di dalam peta karena keterbatasan tempat.
6.
Penerbitan Peta
Peta geologi diterbitkan dengan
menggunakan bahan baku dan ukuran kertas yang sudah ditentukan.
7.
Spesifikasi Peta
Spesifikasi peta meliputi penggunaan
peta dasar topografi atau batimetri, sistem proyeksi yang digunakan dan
ketentuan pencantuman penampang geologi.
8.
Ukuran Lembar Peta
Ukuran dan batas koordinat lembar peta
geologi sistematik mengacu pada Surat Keputusan Ketua Bakosurtanal Nomor
019.2.2/1/1975 atau Surat Keputusan penggantinya, sedangkan peta geologi
tematik disesuaikan dengan tujuan dan kepentingannya.
UNSUR TAMBAHAN UTAMA
Unsur tambahan utama meliputi
penyusunan peta, mutu, pengemasan dan pendokumentasian peta, yang sesuai dengan
hasil pembakuan yang tercantum pada SNI Nomor 13- 4691-1998.
1.
Tahapan Penyusunan Peta
Tahapan penyusunan peta meliputi
kegiatan persiapan, penyelidikan lapangan, kegiatan laboratorium dan studio (penyiapan
dan penelaahan peta) dan pelaporan.
2.
Mutu
Mutu peta ditentukan oleh akurasi data,
kelengkapan informasi yang disajikan serta proses kartografi.
3.
Pengemasan
Peta geologi dilipat sedemikian rupa
sehingga memudahkan pemakai melihat judul dan nomor lembar peta
4.
Pendokumentasian
Laporan terbuka yang menyertai peta
geologi disimpan di perpustakaan instansi yang menerbitkan dan terbuka untuk
umum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar