Selasa, 23 Juni 2015

Alat-Alat Geologi Sebagai Alat Ukur Fenomena Geologi


Dalam bidang pengenalan alat diperlukan alat-alat dan bahan pengumpul data penelitian dan bahan yang ingin diamati. Perkembangan alat dan bahan untuk suatu masalah telah mengalami perkembangan alat dan bahan untuk suatu masalah telah mengalami perkembangan yang cepat dan hampir tidak ada seperti kristal batuan,sempel batuan,tiruan fosil maka perlu jga alat yang berguna untuk meneliti.
Ala-alat geologi sebagai alat ukur fenomena geologi dan media pembelajaran dan menjunjung kemampuan pemahaman dan keterampilan mahasiswa tentang konsep geologi.
Alat-alat:
1.    Peta geologi :
Bentuk ungkapan data dan informasi geologi suatu daerah/wilayah/ kawasan dengan tingkat kualitas yang tergantung pada skala peta yang digunakan dan menggambarkan informasi sebaran, jenis dan sifat batuan, umur, stratigrafi, struktur, tektonika, fisiografi dan potensi sumber daya mineral serta energi yang disajikan dalam bentuk gambar dengan warna, simbol dan corak atau gabungan Ketiganya.(Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral, Nomor 1452 K/10/MEM/2000. 2000)
2.    Sampel batuan :
Sampel batuan digunakan untuk mengetahui jenis batuan di bumi
3.    Soil Teskid :
Soil Teskid digunakan untuk mengetahui kandungan-kandungan organik, kapur pada tanah, serta tingkat drainase tanah di suatu tempat.
4.      Kompas Geologi

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5bpOONA0VLfEc-hZcKaAQFRmXhTzXdUMJj7Hzl2aOWzL18-fGGYVsOwXdSRCw29DzOR-DUsJ6HmXCkZwZaqzTkiIhUJafyaLwDnH9LI2blt7RDKzfwFk7QFNTxsg16T-b4qyWpV_Qm_Q/s320/4+kompas+geologi.jpg

Gambar 1.  Kompas Geologi
Alat navigasi untuk mencari arah berupa sebuah panah penunjuk magnetis yang bebas menyelaraskan dirinya dengan medan magnet bumi secara akurat, serta mengukur kemiringan lereng. Kompas memberikan rujukan arah tertentu, sehingga sangat membantu dalam bidang navigasi.  Dikenal beberapa macam/tipe kompas geologi, antara lain tipe Kompas Brunton, yang dilengkapi dengan pengukur sudut vertical yang disebut sebagai clinometer, fungsi kompas tersebut dilengkap antara lain dengan :

• Compass needle (Jarum Magnet)
• Graduate Circle (Lingkaran pembagian derajat)
• Valve yang dilengkapi dengan Cermin dan jendela intip (Sightingwindows) dan     axialline, Foldingsight,
Sightingarm, Peepsight,
Clinometer
Bull’s eyes dan clinometer level.
Tetapi perlu diingat bahwa arah yang ditunjuk oleh jarum kompas tersebut adalah arah utara magnet bumi, jadi bukan arah utara sebenarnya.

5.      Hand level :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhGKlv5Z3GgmIFMGgI6BaQzNTC83BPUQmvliFViZF_o5tdO7vLtnLHoqOlGamyOabfP4TJbhmZwYTam7WpcX7MUixvTSw_LCataoTIqHiPhubPJV-VGqNi1q81MPdHYNlZgGDchJcSUu4/s1600/hand+level.jpg

Alat ini digunakan untuk menentukan besar kemiringan suatu lereng dan ketinggian suatu objek yang dinyatakan dalam skala derajat maupun persen.








6.      Palu geologi :

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivG7vFJkpWF3BWWAduyPcs1BUsHSS3AjOQYTs8zjEootorCpN2W6O-rZxBAa2FCO2Or9R8aUP0ZtXKhLaZOvxu6fLr7LJ_a7uF5Ztmr82B-w7T_yPlAKpk0fIdNqtdqh_U2kTVuiI-uXI/s320/1147500_palugeologisedimen-pipih.jpg

Alat ini digunakan untuk menentukan kekerasan dan tingkat kelapukan batuan. Palu geologi terbagi menjadi dua jenis yaitu  palu “ pick point “ dan palu “ chisel point “ (batuan sedimen) cocok digunakan untuk batuan yang sudah di tentukan sesuai dengan peruntukannya.
a.  Palu “ pick point
Merupakan tipe palu yang mana memiliki salah satu bagian yang runcing. Fungsinya digunakan untuk tipe batuan yang keras atau padat (massif) misalnya pada batuan beku dan batuan metamorf.
b. Palu “ chisel point “ (batuan sedimen)
Merupakan tipe palu yang mana memiliki salah satu bagian yang pipih.
Fungsinya di gunakan untuk mengait perlapisan pada batuan untuk mengait perlapisan pada batuan. Palu tipe ini biasanya di gunakan untuk tipe yang lunak misalnya pada batuan sedimen.
7.      Pnetrometer :

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaTl4AkitraTwAM_PwhBnBVDlda-TGs0h6kvjbQxLHQYHra_r3vYQgePiFmzIBFsEGgYmgDBbc8PpID1zge577u9j6CmSmrtj6gYKm5lat3DA6VZfD5-GjzkZDXGpau94r8VCPKY0ZEmU/s320/Proving-ring-penetrometer_product_page_lightbox.jpg

Alat ini digunakan untuk mengukur daya dukung tanah, biasanya digunakan dalam menentukan lahan yang akan dibangun gedung-gedung besar. Alat ini terdiri dari dua jenis yaitu dinamik penetrometer dan static penetrometer. Penetrometer (Dynamic Cone Penetrometer) pertama kali ditemukan dan telah dikembangkan oleh almarhum Prof.George F.Penabur pada tahun 1959,alat ini menggunakan bahan bahan yang terbuat dari baja yang kira kira beratnya sebesar 6,8 kg panjangnya sebesar 153 cm, Dan memiliki kemampuan untuk melakukan penetrasi kedalam tanah kira kira sebesar 3,8 cm dan memiliki diameter dari kerucutnya sebesar 450.Selain tu ada juga jenis Penetrometer (Static Cone Penetrometer), Alat ini pertama kali ditemukan di Belanda, alat ini memiliki diameter kerucutnya sebesar 600 dan untuk mengukur lahan dengan luas 1,5 cm2 dan dari masa ke masa peralatan ini semakin berkembang dan semakin canggih. Alat ini dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama, Yaitu
-  Penetrometer kerucut mekanis
-  Penetrometer kerucut elektris
-  Piezocone Penetrometer
Alat ini mempunyai kekuatan/gaya dorong dari 20 sampai 200 Kn. Suatu penetrometer terdiri dari suatu kerucut baja tahan karat lingkar dengan besar sudut sebesar 30 derajat, Suatu poros penggerak dan suatu alat pengukur tekanan. Penetrometer pada umumnya terdiri dari dua jenis ukuran kerucut, satu dengan suatu garis tengah dasar 0.798 ( 3/4) inci untuk lahan yang lembut dan satu lagi dengan suatu garis tengah dasar 0.505 ( 1/2) inci untuk lahan yang sulit/keras. Ujung/Persenan ukurannya lebih luas dibanding poros penggerak untuk membatasi friksi batang dengan lahan Poros penggerak pada umumnya lulus tiap-tiap 3 inci untuk mengijinkan penentuan kedalaman compaction. Alat pengukur tekanan menandakan adanya tekanan di dalam tanah yang memiliki satuan inci.
8.      Timbangan analisis : Untuk mengukur berat tanah dan batuan dan untuk menimbang bermacam-macam bahan dengan ketelitian sampai beberapa angka dibelakang koma (minimal 0,1)
9.      Tiruan fosil :
Fungsinya untuk mengenal berbaga macam fosil yang ada dibumi. Bagian-bagiannya adalah fosil hewan, fosil tumbuhan, dan fosil manusia.
10.  Kristal batuan :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLoYwA-pVmYcEjxvQp43udIUkTNfpw2rn5tHgKS5NcnY51YCUeTjfKlgPCsWautNzRaYfM4tR8zX-II6cGysc2_pqCVtJKhzNK1iXXUOJ3iBRPvYarrfVfdbbFsKR5ZsjYlTys6fPqQws/s320/kristal.jpg

Kristal Batuan di gunakan untuk untuk mengetahui batuan Kristal yang ada dibumi.


B.  Menganalisis Video Geologi
Dalam bumi terdiri atas perlapisan-perlapisan,yang setiap lapisan memiliki sifat karakteristiktersendiri,khisusnya untuk perlapisan palingdalam memiliki sifat latin magmatis(cair,gas,dan pijar) yang disebut magma.Magma didalam bumi selalu dinamis(bergolak) sehingga dapat menyebabkan dinamika perlapisan bagian atas yang bersifat”soil rigid” menjadi retak membentuk lempeng-lempeng, pergerakan lapisan bumi ini dapat menyebabkan proses-proses Geologi seperti:lipatan,patahan,retakan ,dll. Yang pada hakekatnya disebut Diastropisme,proses-proses geologi ini secara global dapat digolongkan sebagai:proses volkanime ,tektonime ,dan seisme.
Di dalam kerak bumi secara terpisah dalam kantong-kantong tertentu terdapat magma. Magama dalam arti luas adalah lelehan batuan yang pijar dalam wujub yang mengandung gas, terdapat secara alamiah di dalam bumi.
Oleh proses alamiah (proses fisikokimia) magma sebagian ada yang menyususp antara perlapisanbatuan di dalam kerak bumi (intrusi magma), dan sebagian lagi dapat menerobos keprmukaan bumi melalui rekehan atau sesar perlapisan batuan (disebut : ekstrusi magma).
Erupsi volkan (gunung api) adalah suatu kegiatan penerobosan magma ke permukaan bumi. Bila di sertai tekanan gas yang kuat, terjadilah suatu letusan atau ledakan yang dinamakan dengan erupsi eksplosif

C.     Diagram Blok
Teori Tektonik Lempeng berasal dari Hipotesis Pergeseran Benua (continental drift) yang dikemukakan Alfred Wegener tahun 1912.[6] dan dikembangkan lagi dalam bukunya The Origin of Continents and Oceans terbitan tahun 1915. Ia mengemukakan bahwa benua-benua yang sekarang ada dulu adalah satu bentang muka yang bergerak menjauh sehingga melepaskan benua-benua tersebut dari inti bumi seperti 'bongkahan es' dari granit yang bermassa jenis rendah yang mengambang di atas lautan basal yang lebih padat.[7][8] Namun, tanpa adanya bukti terperinci dan perhitungan gaya-gaya yang dilibatkan, teori ini dipinggirkan. Mungkin saja bumi memiliki kerak yang padat dan inti yang cair, tetapi tampaknya tetap saja tidak mungkin bahwa bagian-bagian kerak tersebut dapat bergerak-gerak. Di kemudian hari, dibuktikanlah teori yang dikemukakan geolog Inggris Arthur Holmes tahun 1920 bahwa tautan bagian-bagian kerak ini kemungkinan ada di bawah laut. Terbukti juga teorinya bahwa arus konveksi di dalam mantel bumi adalah kekuatan penggeraknya
Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries) terjadi ketika dua lempeng bergerak menjauh satu sama lain. Mid-oceanic ridge dan zona retakan (rifting) yang aktif adalah contoh batas divergen
Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries) terjadi jika dua lempeng bergesekan mendekati satu sama lain sehingga membentuk zona subduksi jika salah satu lempeng bergerak di bawah yang lain, atau tabrakan benua (continental collision) jika kedua lempeng mengandung kerak benua. Palung laut yang dalam biasanya berada di zona subduksi, di mana potongan lempeng yang terhunjam mengandung banyak bersifat hidrat (mengandung air), sehingga kandungan air ini dilepaskan saat pemanasan terjadi bercampur dengan mantel dan menyebabkan pencairan sehingga menyebabkan aktivitas vulkanik. Contoh kasus ini dapat kita lihat di Pegunungan Andes di Amerika Selatan dan busur pulauJepang (Japanese island arc).
Pergerakan lempeng tektonik bisa terjadi karena kepadatan relatif litosfer samudera dan karakter astenosfer yang relatif lemah. Pelepasan panas dari mantel telah didapati sebagai sumber asli dari energi yang menggerakkan lempeng tektonik. Pandangan yang disetujui sekarang, meskipun masih cukup diperdebatkan, adalah bahwa kelebihan kepadatan litosfer samudera yang membuatnya menyusup ke bawah di zona subduksi adalah sumber terkuat pergerakan lempengan.



D.   Mengidentifikasi Batuan Beku
Batuan yang terbentuk akibat adanya pembekuan magma didalam bumi atau pembekuan lava di atas permukaan bumi.
Magma adalah larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah, Bersifat mobile, bersuhu tinggi (900-1200ºC) dan berasal dari  kerak bumi bagian bawah atau selubung bagian atas.
Penyebaran batuan beku di permukaan bumi mencapai 60 % dari total batuan penyusun muka bumi.
Struktur batuan beku sebagian hanya dapat dilihat di lapangan saja seperti struktur pillow lava dan columnar joint, dan hanya sedikit yang dapat diamati pada hand speciement sample.
Struktur batuan beku:
a.      Masif yaitu jika tidak menunjukkan adanya fragmen batuan lain yang tertanam dalam tubuhnya.
b.      Vesicular yaitu suatu struktur batuan yang ditandai adanya lubang- lubang dengan arah teratur. Lubang-lubang ini terbentuk akibat keluarnya gas dari dalam batuan akibat adanya proses pembekuan.
c.       Scoria yaitu struktur seperti vesicular tapi arah lubangnya tidak teratur.
d.      Pillowlava yaitu struktur yang dinyatakan pada batuan ekstruksi
Tertentu ukurannya antara 10 cm – 6 m dan jaraknya berdekatan.
e.      Joint  yaitu struktur yang ditandai oleh kekar-kekar yang tegak lurus  arah
aliran. Struktur ini dapat berkembang menjadi columnar joint
f.   Amigdaloidal yaitu struktur dimana lubang-lubang tempat keluarnya
gas terisi oleh mineral-mineral sekunder (zeolit, karbonat, silika).
g.      Xenolith  yaitu struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan
yang masuk/tertanam didalam batuan beku akibat peleburan tidak sempurna
suatu batuan samping di dalam magma yang menerobos.
h.      Autobreccia yaitu struktur pada lava yang memperlihatkan fragmen-fragmen
dari lava itu sendiri.
Tekstur Batuan Beku
Tekstur batuan beku :  merupakan sebagai hubungan antara massa mineral dengan massa gelas yang membentuk massa yang merata dari batuan.
A. Derajat Kristalisasi
Merupakan keadaan proporsi antara massa kristal dengan massa gelas dalam batuan.
1. Holokristalin : batuan seluruhnya terdiri atas massa kristal.
2. Hipokristalin : batuan tersusun oleh massa kristal dan gelas.
3. Holohyalin : batuan tersusun oleh massa gelas seluruhnya.
Contoh : Obsidian = volcanicglass
B. Granularitas
Merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku, dapat sangat halus dan tidak dapat dikenal meskipun dengan mikroskop, tetapi dapat pula sangat kasar.
        Afanitic  : ukuran butir halus (< 1 mm); menunjukkan pembekuan yang cepat
         Fanerik   : ukuran butir kasar  (1->30 mm);  menunjukkan pembekuan yang lambat.
         Porphyritic : campuran ukuran butir yang bermacam-macam. Menunjukkan proses pembekuan yang bercampur. Umumnya pembekuan berjalan lambat baru kemudian pembekuan berjalan cepat.
C. Bentuk Kristal
1. Euhedral     : Bentuk kristal dan butiran mineral mempunyai bidang kristal sempurna.
2. Subhedral : Bentuk kristal dan butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang kristal yang sempurna.
3. Anhedral : Bentuk kristal dan butiran mineral mempunyai bidang kristal tidak sempurna.
D. Hubungan antar kristal
1. Equigranular   :   Bila secara relatif ukuran kristalnya mempunyai ukuran sama besar.
2. Inequigranular : Bila secara relatif ukuran kristalnya mempunyai ukuran sama besar

Komposisi Mineral
Dalam magma terdapat bahan-bahan yang larut yang bersifat volatile (gas) dan nonvolatile.
Bahan-bahan non volatile, terutama yang berupa oksida-oksida dalam kombinasi tertentu merupakan bahan pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam batuan beku.
Pada saat berlangsungnya penurunan suhu magma, terjadi proses pengabluran (pembentukan mineral-mineral).
Berdasarkan warnanya, mineral penyusun batuan beku dapat dibedakan menjadi dua :
1. Mineral Felsik
Mineral-mineral berwarna terang, terutama dari mineral kuarsa, feldspar
(ex : orthoklas, plagioklas,albit) feldspatoid dan muskovit.
2. Mineral Mafik
Mineral-mineral berwarna gelap, terutama biotit, amphibol, piroksen dan
olivine.
3. Mineral Sekunder
Mineral yg terbentuk pd kristalisasi magma, umumnya jumlahnya sedikit. Dalam jumlah banyak dapat bernilai ekonomis tetapi tidak mempengaruhi penamaan batuan spt hematit, kromit, muscovit, zeolit.

Oleh Bowen disusun seri penghabluran mineral-mineral silikat yang dikenal dengan Bowen’s Reaction Series.
  Deret sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik yang bersifat discontinuous series (mineral-mineral yang terbentuk diawal deret tidak akan terbentuk lagi pada deret selanjutnya).
  Deret sebelah kanan adalah mineral felsik (kelompok plagioklas) yang bersifat continuous series (mineral-mineral yang terbentuk diawal deret tetap dapat terbentuk lagi pada deret selanjutnya).
  Kedua deret bertemu pada kelompok mineral stabil yang tidak mudah terubah menjadi mineral lain (Orthoklas – Quartz)



Klasifikasi Batuan
Pengklasifikasian batuan beku dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Cara yang paling umum adalah berdasarkan lokasi pembentukkannya dan berdasarkan komposisi mineralnya.

A. Berdasarkan tempat pembekuan :
a. Batuan Beku Dalam (Abysis/Plutonis)
Tempat pemekuan jauh di dalam kulit bumi. Berstruktur holokristakin/granites, semua bagian dari batuan terdiri dari
kristal-kristal (besar-besar dan kasar).
Contoh : Granit, Diorit, Gabro, Syenit dll.
b. Batuan Beku Gang
Tempat pembekuan pada sela-sela lapisan batuan / pada corong diatrema.
Berstruktur porfiris-fenokrist pengkristalan sempurna, ada  sebagian yang Besar dan kasar adapula yang halus.
Contoh : Porfir granit, porfirit, porfir syenit, porfir gabro.

c. Batuan Beku Luar
Tempat pembekuan di permukaan bumi (lava). Berstruktur amorf  : kristal terberbentuk, sangat halus.
Contoh : Rhyolit, Andesit, Trachit, Basalt, Obsidian, dll


E.      Mengidentifikasi  Batuan Sedimen
Batuan yang terbentuk akibat lithifikasi dari hancuran batuan induk. Lithifikasi batuan meliputi proses kompaksi autigenik dan diagenesa (proses terubahnya material-material lepas menjadi batuan yang kompak).
Batuan sedimen sangat banyak jenisnya dan tersebar luas dengan ketebalan dari beberapa cm sampai beberapa km. Secara lateral penyebaran batuan sedimen mencapai 70 % dari batuan yang ada dipermukaan akan tetapi batuan sedimen hanya merupakan 5 % dari batuan yang ada di bumi.
Secara umum batuan sedimen terbagi atas dua kelompok besar yaitu :
1. Batuan Sedimen Silisiklastik
   Batuan sedimen silisiklastik merupakan batuan ekstrabasinal yang pembentukannya melibatkan proses epigen dari batuan sumber atau pre-existing rock.
   Batuan silisiklastik berdasarkan besar butirnya dikelompokkan menjadi kelompok mudrock, batupasir dan konglomerat atau breksi.
   Fragmen rombakan bisa jadi terdiri dari fragmen batuan tetapi pada umumnya tersusun atas mineral kuarsa yang merupakan mineral paling stabil dan felspar sedangkan butiran yang berukuran halus akan menjadi batulanau, batulempung maupun sebagai matrik dalam batuapasir, breksi dan konglomerat.
   Butir-butiran klastik pada batuan ini terbentuk setelah mengalami proses-proses pelapukan mekanik atau kimiawi maupun keduanya, proses transportasi serta pengendapan.
   Transportasi sedimen dapat terjadi oleh adanya air, angin, es, arus pasang-surut dan arus turbidit.
   Kenampakan umum yang sangat penting dalam batuan silisiklastik adalah struktur sedimen dan tekstur terutama yang terbentuk selama proses pengendapan, post depositional atau saat diagenesis.

2. Batuan karbonat
   Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang mempunyai komposisi yang dominan (>50 %) terdiri dari garam-garam karbonat yang secara umum meliputi batugamping dan dolomit.
   Batuan karbonat merupakan batuan intrabasinal yang pembentukannya tidak mengalami erosi dan transportasi tetapi butiran-butiran karbonat mencerminkan produktivitas organik.
   Proses pembentukannya dapat terjadi secara insitu yang berasal dari larutan yang mengalami proses kimiawi maupun biokimia pada proses tersebut organisme turut berperan, dapat pula terjadi dari butiran rombakan yang telah mengalami transportasi secara mekanik dan kemudian diendapkan pada tempat lain dan pembentukannya dapat pula terjadi akibat proses diagenesa dari batuan karbonat yang lain seperti dalam proses dolomitisasi dimana kalsit berubah menjadi dolomit.


Sedangkan berdasarkan proses pembentukkannya batuan sediment terbagi atas:
1.      Sedimen Klastik
2.      Sedimen non klastik : a. Sedimen kimiawi
b. Sedimen biologic

Sedimen klastik
Mengalami transportasi dengan media fluida (air, angin, gletser) sehingga pengendapannya tidak pada tempat terdapatnya batuan induk.
Contoh : Batupasir, konglomerat

Sedimen non klastik
Umumnya insitu atau tidak mengalami transportasi sehingga pengendapannya relative dekat dengan batuan induk.

a.       Sedimen organik
Batuan sedimen yang dihasilkan oleh aktivitas organisme, terdapat sebagai sisa organisme yang biasanya tetap tinggal di tempatnya.
Contoh : Batugamping terumbu, batubara
b.      Sedimen kimia
Batuan sedimen yang dihasilkan oleh proses penguapan, terutama di daerah aride.
Batuan ini umumnya hanya tersusun atas satu komposisi mineral dengan kilap yang umumnya non-metalik.
Contoh : Gipsum


KOMPOSISI
Komposisi batuan sedimen dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
1. Fragmen → Butiran pembentuk batuan yang berukuran paling besar. Fragmen dapat berupa butiran mineral, batuan atau fosil.
2. Matrik   → Bagian dari butiran pembentuk batuan yang berukuran lebih kecil dari fragmen. Biasanya berkomposisi sama dengan fragmen.
3. Semen     →   Bahan pengikat antara fragmen dengan matrik.
Dalam sediment klastik dikenal 3 macam semen yaitu :
1.   Karbonat        : Kalsit, dolomite
2.   Silikat : Kalsedon, Kuarsa
3.   Oksida Besi    : Hematit, limoni


Silisiklastik
   Komposisi batuan silisiklastik terdiri atas fragmen, matrik dan semen.
   Batuan sedimen klastik tersusun oleh butiran-butiran hasil rombakan atau detrital grains sebagai pembentuk kerangka utama batuan sedimen.
   Matriks yang terdiri dari butiran halus menempati ruang antar butiran, sedangkan mineral autogenic dan semen terbentuk pada saat diagenesa.
   Komposisi mineral yang dominan pada batuan silisiklastik adalah mineral-mineral stabil yang tahan terhadap proses pelapukan dan transportasi.
   Mineral yang sering dijumpai pada batuan sedimen silisiklastik diantaranya adalah  kuarsa sebagai mineral paling stabil, feldspar yang berasal dari batuan induk yang sama dengan kwarsa, mika dan mineral lempung.
   Butiran-butiran tersebut selanjutnya akan diikat oleh semen yang dapat berupa semen silika, semen karbonat dan oksida besi.

Karbonat
   Pada dasarnya komposisi batuan karbonat sangat bervariasi tetapi secara umum dapat dikelompokkan menjadi non skeletal grains, skeletal components, micrite dan cement.
   Butiran tersebut merupakan butiran karbonat dan bagian dari sisa organisme yang dibagi berdasarkan bentuk butir dan ukuran butirnya.
   Karena lingkungan pembentukan batuan karbonat yang sangat khas maka detritus asal darat sangat sedikit bahkan tidak ada dalam batuan karbonat.


TEKSTUR
Menurut Pettijohn (1975) tekstur adalah “suatu kenampakan yang berhubungan dengan ukuran dan bentuk butir serta susunannya”. Secara umum tekstur batuan sedimen mencerminkan proses-proses yang terjadi pada saat pengendapan.

Tekstur batuan sedimen Klastik
1.                  Ukuran butir
Ukuran butir pada batuan sediment klastik menggunakan skala wenthworth sebagai parameternya.
Tabel 1. Skala wenthworth
Wentworth Size Scale
Boulder
>256 mm
Conglomerate
Cobble
64-256 mm
Pebble
2-64 mm
Sand
1/16-2 mm
Sandstone
Silt
1/256-1/16 mm
Siltstone
Clay
<1/256 mm
Shale


1.   Derajat pemilahan (sortasi)
Merupakan gambaran tingkat keseragaman dari butiran pembentuk batuan sedimentt.
a.        Pemilahan baik (wellsorted)
b.        Pemilahan sedang (moderatelysorted)
c.        Pemilahan buruk (poorlysorted)
2.                  Derajat Pembundaran (Roundness)
a.        Menyudut (angular)
b.        Menyudut tanggung (sub-angular)
c.        Membulat tanggung (subrounded)
d.        Membulat (rounded)
e.        Membulat baik (wellrounded)
3.                  Kemas
Menunjukkan hubungan kerapatan antara butiran penyusun dalam batuan sediment.
a.        Kemas terbuka  : kerapatan antar butiran kecil/renggang
b.        Kemas tertutup : kerapatan antar butiran besar/rapat

  Pada batuan silisiklastik butirannya akan dibedakan berdasarkan ukurannya yaitu mulai dari ukuran yang paling halus hingga paling kasar.
  Pada umumnya pembagian ukuran butir pada sedimen klastik menggunakan skala Wentworth yang selanjutnya akan menjadi dasar penamaan batuan sedimen silisiklastik seperti : batupasir, batulempung, batulanau dan sebagainya.
  Ukuran butir pada batuan silisiklastik akan berhubungan langsung dengan porositas dan permebilitas batuan karena butiran-butiran tersebut yang membentuk rongga-rongga pori.
  klasifikasinya menggunakan parameter tekstur seperti ukuran butir, bentuk butir, sortasi dan kemas.
  Tekstur terutama ukuran butir dalam batuan sedimen silisiklastik akan menunjukkan tingkat kedewasaan dari sedimen tersebut dan menggambarkan dinamika transportasi sedimen.

Nonklastik
A. Sedimen Organik
   Pada batuan karbonat klasifikasi yang digunakan berhubungan dengan matrik dan partikel yang menyusun batuan yang dikenal dengan istilah Allochem, mikrit dan sparit.
   Bentuk butir dalam batuan karbonat akan sangat khas jika merupakan unsur dari organisme seperti cangkang dan fragmen kerangka.
   Bentuk butir dalam batuan karbonat akan menunjukkan energi dalam lingkungan pengendapannya.
   Pada batuan karbonat partikel-partikel karbonat dibagi menjadi dua yaitu butiran (>0,02 mm) dan lime mud (<0,02 mm).
   Karena sifatnya yang mudah larut ukuran butir pada batuan karbonat tidak berhubungan langsung dengan besarnya porositas dan permeabilitas batuan.
   Pada batuan karbonat tekstur akan menunjukkan unsur-unsur organik sebagai komponen karbonat yang terdeposisi.
   Unsur-unsur organik yang menyusun batuan karbonat dapat terdiri dari komponen organisme dengan ukuran kecil hingga besar yang dapat pula menjadi indikasi kedewasaan suatu batuan karbonat.

B. Sedimen Kimiawi
Pemerian sediment kimiawi meliputi :
a.        Warna batuan
b.        Komposisi
c.        Kilap
d.        Ukuran butir
e.        Mineral
Teksturnya :
a.        Kristalin
b.        Amorf
c.        Gelas
d.        Fibrous


STRUKTUR
Struktur batuan sedimen (struktur primer) umumnya tidak banyak yang dapat diamati di laboratorium karena umumnya mempunyai skala yang cukup besar.

Struktur batuan sediment diantaranya :
1.      Struktur perlapisan
Merupakan struktur utama batuan sedimen klastik yang menunjukkan adanya bidang-bidang perlapisan sebagai hasil proses pengendapan.

Faktor-faktor yang menyebabkan adanya struktur perlapisan :
a.        Perbedaan warna
b.       Perbedaan ukuran butir
c.        Perubahan struktur sediment
d.       Perbedaan komposisi mineral
e.        Perbedaan kekompakan
f.         Perubahan macam batuan

Dalam klasifikasinya batuan sedimen mengacu pada proses pembentukannya, apakah termasuk dalam sediment klastik ataupun sedimen non klastik.
Klasifikasi batuan sediment klastik umumnya lebih sederhana karena penamaannya dapat didasarkan pada ukuran butirnya.
Sedangkan untuk batuan non klastik masih harus dilihat komposisinya secara menyeluruh.



F.      Mengidentifikasikan Batuan Metamorf
Batuan metamorf adalah batuan ( beku maupun sedimen) yang telah mengalami perubahan sifat dan kondisi aslnya. Sifat utama batuan ini adalah karena proses rekristalisasi dikedalaman kerak bumi 3-20 km yang keseluruhan atau sebagian besar
terjadi dalam keadaan padat (tanpa melalui fase cair),sehingga terbentuk struktur minerologi baru yang sesuai dengan lingkungan fisik baru ( tekanan dan tenperatur).

Proses metamorfisme                        Batuan mengalami penambahan tekanan (P) atau temperature (T) atau kenaikan P dan T secara bersamaaan sehingga mengalami perubahan susunan mineraloginya (susunan kimianya tetap) yang berlangsung dari fase padat ke fase padat tanpa mengalami fase cair.

Tipe-tipe metamorfisme :
1.      Thermal/kontak                              =>   T mengalami kenaikan
2.      Dinamo/dislokasi/kataklastik           =>  P mengalami kenaikan
3.      Regional                                         =>   P & T naik secara bersamaan
Klasifikasi dan Penamaan jenis batuan metamorf
Secara umum batuan metamorf dibagi dalam dua kelompok yang didasarkan atas strukturnya, yaitu:
1. Foliasi/Banded           Mempunyai kenampakan seperti perlapisan akibat adanya penjajaran mineral
2. Non-Foliasi                Tidak mempunyai kenampakan seperti perlapisan akibat adanya penjajaran mineral

Tabel 1. Kondisi foliasi dan non foliasi pada batuan metamorf
FOLIASI
NON FOLIASI
Komposisi mineralnya bermacam-macam,/kompleks
Komposisi mineralnya sederhana, hanya terdiri dari beberapa mineral seperti calcite atau kuarsa.
Banyak mineral baru yang terbentuk akibat perubahan T dan/atau P.
mineral baru yang terbentuk akibat perubahan T dan/atau P.
Teksturnya berlapis, foliasi, liniasi, banded.
Mineral mempunyai orientasi yang relatif sama.
Teksturnya granular dan equi- dimensional.
Mineral tidak mempunyai orientasi.
Banyak batuan dengan komposisi yang beragam
Batuan dalam jumlah terbatas dengan mineral sederhana.
Contohnya:
kuarsa-Quartzite
batugamping-Marble
lanau - Hornfels

Tekstur pada batuan metamorf diantaranya :
a. Kristaloblastik
Tekstur yang terjadi pada saat tumbuhnya mineral dalam suasana padat (tekstur batuan asalnya tidak tampak lagi).
1.      Lepidoblastik
Tekstur yang didominasi mineral-mineral pipih yang memperlihatkan orientasi sejajar (biotit, muskovit).
2.      Nematoblastik
Mineral-mineral berbentuk jarum yang memperlihatkan orientasi sejajar (amphibol, piroksen)
3.      Granoblastik
Mineral berbentuk butiran dengan sisi kristal yang bergerigi (kuarsa, kalsit)
4.      Porfiroblastik
Suatu kristal besar (fenokris) tertanam dalam massa dasar yang lebih halus.
5.      Idioblastik
Bentuk mineral-mineral penyusunnya euhedral.
6.      Xenoblastik
Bentuk mineral-mineral penyusunnya anhedral.

b. Palimpsest (tekstur sisa)
1.      Blastoporfiritik
Suatu tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur porfiritik
2.      Blastoopitik
Suatu tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur opitik.
Struktur
a.                                                 Foliasi   : mempunyai kenampakan seperti perlapisan akibat adanya penjajaran mineral
1.      Slatycleavage
Struktur batuan sabak (slate), seperti schistose tetapi tidak ada perlapisan akibat pemisahan dari macam-macam mineral (segregation bending).
Contoh: Slate ---> batulempung yang mengalami metamorfosa derajat rendah.

2.      Philithic
Struktur pada batuan filit, tingkatnya lebih tinggi dari slate, sudah ada segregation bending tapi tidak sebagusbatuan berstruktur schistose (foliasi diperlihatkan oleh kepingan halus mika). Contoh : Philit
3.      Schistose
Foliasi nampak secara jelas pada kepingan-kepingan mika, membentuk belahan yang tidak putus-putus. Contoh : Schist
4.      Gneissic
Foliasi oleh mineral-mineral granular dan memperlihatkan belahan-belahan yang tidak rata. Contoh : gneiss
b.      Non Foliasi : tidak nampak adanya penjajaran mineral
1.      Hornfelsik
Struktur khas pada batuan hornfels (metamorf thermal) dimana butirannnya tidak menunjukkan adanya pengarahan.
2.      Kataklastik
Struktur yang terdiri dari pecahan-pecahan atau fragmen-fragmen batuan maupun mineral.
3.      Milonitik
Sama dengan kataklastik tetapi butirannnya lebih halus dan dapat dibelah-belah seperti schistose.


G.     Mengukur Kekerasan Batuan dan Massa Jenis Batuan
Identifikasi Mineral
Identifikasi mineral dapat dilakukan berdasarkan sifat-sifat fisik mineral, diantaranya :
I.              Kekerasan (hardness)
Merupakan sifat ketahanan mineral terhadap goresan. Parameter yang biasa digunakan adalah Skala Mohs. Untuk standar kekerasan biasa digunakan 10 pembagian skala dimana skala 1 adalah mineral paling lunak dan skala 10 adalah mineral paling keras.
a.Batuan beku umumnya memiliki sifat dan kekerasan dan massa jenis yang berbeda.
b.Batuan sedimen umumnya memiliki kekerasan batuan yang rendah/kecil dan massa   jenis yang bervariasi.
c.Batuan metamorf umumnya memiliki sifat kekerasan dan massa jenis yang lebih   tinggi dari sifat batuan asalnya.

Untuk menentukan tingkat kekerasn batuan dengan memakai acuan ”MohsScale”(skalamosh) yang dibagiatas10 tingkat:

Tabel 2. Skala Mohs
Nama Mineral
Rumus Kimia
Kekerasan
Keterangan
Talk
Mg3Si4O10(OH)2
1
Ditekan jari
Gypsum
CaSO42H2O
2
Digores kuku
Kalsit
CaCO3
3
Menggores kuku
Flourit
CaF2
4
Perunggu
Apatit
Ca5(FCl)(PO4)3
5
Pisau baja
Ortoklas/Felspar
KAlSi3O8
6
Kikir
Kuarsa
SiO2
7
Baja
Topaz
(Al2F)2SiO4
8
Baja dapat digores
Corundum
Al2O3
9
Baja dapat igores
Diamond
C
10
Semua benda dapat digores

Catatan : 1 – 2 dapat digores dengan kuku
3 – 5 dapat digores dengan paku
6 – 9 dapat digores dengan kaca
10     dapat menggores semua benda
II. Berat jenis
Cara pengukuran berat jenis mineral ada bermacam-macam, diantaranya dengan menimbang mineral tersebut dan memperbandingkannya dengan volume.
ρ = m/v
ρ = massa jenis
m = berat (gr)
v = volume (cm3)
Tabel 3. berat jenis mineral
Massa Jenis
Klasifikasi
Contoh
< 2,7
Ringan
Kuarsa
2,7 – 3,0
Sedang
Mika
3,1 – 3,3
Berat
Tourmalin
3,4 – 4,0
Amat berat
Olivin
> 4,0
Teramat berat
Zircon

H.    Mineral dan Kristal
Mineral
Definisi mineral didasarkan pada 5 ketentuan umum yaitu :
1.    merupakan mineral alami.
2.    umumnya anorganik.
3.    mempunyai sifat fisis dan kimia tetap
4.    berupa unsure tunggal atau persenyawaan yang tetap
5.    homogen (tidak dapat diurai dengan proses fisis)
6.    Dapat berupa padat, cair (HgS, H2O) dan gas (H2S, CO2, CH4)

mineral adalah elemen atau komponen kimiawi yang umumnya kristalin dan terbentuk sebagai hasil dari proses geologi  (Nickel, E. H., 1995).

Mineral adalah bahan alam yang umumnya anorganik dengan komposisi kimia dan kondisi fisik yang tertentu (O' Donoghue, 1990).

Benda padat homogen terdapat di alam terbetun secara anorganik, mempunyai komposisi kimia tertentu & mempunyai susunan atom yg teratur (L.G. Berry & B. Mason, 1959)
Bahan padat dgn struktur homogen mempunyai kompisisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yg anorganik (Whitten & J.R.V. Brooks, 1972)
zat atau bahan yg homogen mempunyai komposisi kimia tertentu dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk di alam dan bukan hasil suatu kehidupan (A.W.R. Potter & H. Robinson, 1977)

Secara umum mineral adalah zat atau benda yang terbentuk oleh proses alam, biasanya bersifat padat serta tersusun atas komposisi kimia tertentu. Mineral pada umumnya anorganik.


klasifikasi mineral yang biasa digunakan adalah klasifikasi dari Dana, yang mendasarkan pada kemiripan komposisi kimia dan struktur kristalnya, yaitu:
a.             Unsur (native element), hanya memiliki satu unsur kimia, sifat dalam umumnya mudah ditempa dan/atau dapat dipintal, seperti emas, perak, tembaga, arsenik, bismuth, belerang, intan, dan grafit.
b.            Mineral sulfida atau sulfosalt, merupakan kombinasi antara logam atau semi-logam dengan belerang (S), misalnya galena (PbS), pirit (FeS2), proustit (Ag3AsS3), dll
c.             Oksida dan hidroksida, merupakan kombinasi antara oksigen atau hidroksil/air dengan satu atau lebih macam logam, misalnya magnetit (Fe3O4), goethit (FeOOH).
d.            Haloid, dicirikan oleh adanya dominasi dari ion halogenida yang elektronegatif, seperti Cl, Br, F, dan I. Contoh mineralnya: halit (NaCl), silvit (KCl), dan Fluorit (CaF2).
e.             Nitrat, karbonat dan borat, merupakan kombinasi antara logam/semilogam dengan anion komplek, CO3 atau nitrat, NO3 atau borat (BO3). Contohnya: kalsit (CaCO3), niter (NaNO3), dan borak (Na2B4O5(OH)4 . 8H2O).
f.              Sulfat, kromat, molibdat, dan tungstat, dicirikan oleh kombinasi logam dengan anion sulfat, kromat, molibdat, dan tungstat. Contohnya: barit (BaSO4), wolframit ((Fe,Mn)Wo4)
g.             Fosfat, arsenat, dan vanadat, contohnya apatit (CaF(PO4)3), vanadinit (Pb5Cl(PO4)3)
h.             Silikat, merupakan mineral yang jumlah meliputi 25% dari keseluruhan mineral yang dikenal atau 40% dari mineral yang umum dijumpai. Kelompok mineral ini mengandung ikatan antara Si dan O. Contohnya: kuarsa (SiO2), zeolit-Na (Na6[(AlO2)6(SiO2)30] . 24H2O).
Adalah kesan mineral jika terkena cahaya.
Warna mineral dapat dibedakan menjadi dua:
1.    Idiokromatik
bila warna mineral selalu tetap, umumnya dijumpai pada mineral-mineral yang tidak tembus cahaya (opak)
Sulfur --------- kuning

Magnetit ------ hitam

Pirit ----------- kuning loyang

2.    Alokromatik
bila warna mineral tidak tetap dapat berubah-ubah, tergantung dari material pengotornya. Umumnya terdapat pada mineral-mineral yang tembus cahaya, seperti kuarsa, kalsit.
Halite --------- abu-abu, biru, kuning, coklat
Kuarsa --------- violet (amethyst), merah muda, coklat-hitam


Faktor yang mempengaruhi warna :
a. Kompiosisi kimia
Chlorite - hijau
Albite --- Putih
b. Struktur kristal dan ikatan atom
Intan - tak berwarna -- Isometric
Graphite -- hitam -- hexagonal
c. Pengotoran dari mineral
Silika -- tak berwarna  --  Jasper - merah
Chalsedon  kecoklatan

V. Belahan (Cleavage)
Adalah kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya membelah melalui bidang-bidang belahan yang rata dan licin.
Bidang belahan umumnya sejajar dengan bidang tertentu dari mineral tersebut.
Kecenderungan mineral untuk memebelah diri pada satu arah tertentu atau lebih dan membentuk bidang belahan.

Belahan dibagi berdasarkan bagus tidaknya permukaan bidang belahan, yaitu :
a.       Sempurna (perfect), bila bidang belahan sangat rata, bila pecah tidak melalui bidang belahan agak sukar (kalsit, galena, halite)
b.      Baik (good), bidang belahan rata, tetapi tidak sebaik yang sempurna, masih dapat pecah pada arah lain (felspar, diopsit)
c.       Jelas (distinct), bidang belahan jelas, tetapi tidak begitu rata, dapat dipecah pada arah lain dengan mudah (hornblende, staurolite)
d.      Tidak jelas (indistinct), dimana kemungkinanuntuk membentuk belahan dan pecahan akibat adanya tekanan adalah sama besar (Platina, emas)
e.       Tidak sempurna (imperfect), dimana bidang belahan sangat tidak rata, sehingga kemungkinan untuk membentuk belahan sangat kecil daripada untuk membentuk pecahan (apatit, casiterit).

Contoh :
        Muscovit dan biotit, mempunyai kecenderungan untuk membelah diri satu arah, dimana dapat terbelah menjadi lempeng-lempeng tipis.
        Augite, mempunyai belahan dua arah tegak lurus
        Hornblende, mempunyai belahan dua arah membentuk sudut 124.
        Kalsit, mempunyai belahan tiga arah yang saling tidak tegak lurus.


VI. Pecahan (Fracture)
Adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yang tidak rata dan tidak teratur.
Pecahan dapat dibedakan menjadi:
a.       pecahan konkoidal, bila memperlihatkan gelombang yang melengkung di permukaan atau seperti botol atau kulit bawang. (kuarsa, obsidian)
b.      pecahan berserat/fibrus(splintery), bila menunjukkan kenampakan seperti serat, contohnya asbes, augit;
c.       pecahan tidak rata (uneven), bila memperlihatkan permukaan yang tidak teratur dan kasar, misalnya pada garnet;
d.      pecahan rata (Even), bila permukaannya rata dan cukup halus, contohnya: mineral lempung;
e.       pecahan runcing, bila permukaannya tidak teratur, kasar, dan ujungnya runcing-runcing, contohnya mineral kelompok logam murni;
f.        tanah(earthy), bila kenampakannya seperti tanah, contohnya mineral lempung.

VII. Daya Tahan Terhadap Pukulan (Tenacity)
Daya Tahan mineral terhadap pemecahan, pembengkokan, penghancuran dan pemecahan. Macamnya :
a.       Brittle, mineral mudah hancur menjadi tepung halus (kalsit, kuarsa, hematit)
b.      Sectile, mineral mudah terpotong pisau tapi tidak berkurang menjadi tepung (gypsum)
c.       Malleable, mineral jika ditempa palu menjadi pipih (Au, Ag)
d.      Ductile, mineral jika ditarik tambah panjang dan jika dilepaskan tidak kembali seperti semula (copper, olivine)
e.       Flexible, mineral dapat dilengkungkan dengan mudah (Talk, mika)
f.        Elastic, mineral merenggang jika ditarik dan jika dilepaskan kembali seperti semula (muscovite, hematitetipis)

IIX. Gores (streak)
Merupakan warna asli dari mineral apabila mineral ditumbuk sampai halus. Merupakan warna mineral dalam bentuk serbuk yaitu dengan menggoreskan mineral pada keping porselen kasar.
Contoh :
        Warna kuning pada Pirit bila diasah memberi gores warna hitam
        Warna kehitaman pada Hematit bila diasah memberi gores warna merah hati
        Gores tidak berwarna pada Biotit
        Gores berwarna putih pada orthoklas

IX. Sifat Kemagnetan
Semua mineral menunjukkan sifat magnetis meskipun untuk mengukurnya membutuhkan alat yang khusus.
Terbagi atas :
a.       Paramagnetit (magnetit), mineral mempunyai gaya tarik terhadap magnet (magnetit, pyrotit)
b.      Diamagnetit (nonmagnetit), mineral mempunyai gaya tolak terhadap magnet


X. Derajat Ketransparanan
Sifat ini tergantung pada kemempuan mineral mentransmisikan cahaya. Dibedakan atas :
a.       Opaque mineral, mineral tdk tembus cahaya meskipun dalam bentuk helaian yang tipis (logam mulia, belerang)
b.      Transparent mineral, mineral tembus pandang seperti kaca biasa (batu-batu kirstal)
c.       Translucent mineral, tembus cahaya taoi tidak tembus pandang (kalsdon, gypsum, opal)
d.      Mineral-mineral tidak tembus pandang dalam bentuk pecahan tetapi tembus cahaya pada lapisan tipis (feldspar, karbonat, silica)

KRISTALOGRAFI

Kristalografi adalah suatu cabang dari mineralogi yang mempelajari sIstem-sistem kristal. Suatu kristal dapat didefinisikan sebagai padatan yang secara esensial mempunyai pola difraksi tertentu (Senechal, 1995 dalam Hibbard,2002).

Kristal adalah Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus air serta menuruti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya mengikuti hokum geometri, jumlah dan kedudukan dari bidangnya tertentu dan teratur.
Bahan padat homogen :
a.      Tidak termasuk didalamnya cair dan gas
b.      Tidak dapat diuraikan menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dengan proses fisika

A. Geometri kristalografi
        Sumbu Kristalografi : Suatu garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal.
        Kristal mempunyai bentuk 3D (panjang, lebar dan tinggi)




Sudut Kristalografi :

·         Sudut ά > yang dibentuk antara sb b dan sb c
·         Sudut β>  yang dibentuk sb a dan sb c
·         Sudut γ> yang dibentuk antara sb b dan sb a




Gambar. Prinsip letak bidang kristal terhadap sumbu

B. Sistem kristalografi
Sistem kristalografi dibagi menjadi 7 sistem didasarkan pada :
1.      Perbandingan panjang sumbu-sumbu kristalografi
2.      Letak atau posisi sumbu-sumbu kristalografi
3.      Jumlah sumbu kristalografi
4.      Nilai sumbu C atau Sb Vertika

7 Sistem Kristal :
1.      Sistem Regulair/isometric/ kubus/kubik/tesseral
* Jumlah sumbu kristalnya 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.
* Masing-masing sumbu sama panjangnya.(sb a = b = c) - Disebut jg sb a
* sudut α = β = γ


2.  Sistem tetragonal/Quadratic




·         Sb a = b ≠ c
Sb a = b -- sb a
Sb c lebih panjang --columnar/panjang
Sb c lebih pendek -- stout/gemuk
·         sudut α = β = γ = 90º










3 Sistem rombic/ orthorombis/ prismatic /trimetric


·         Sb a ≠ b ≠ c
Sb a = b -- sb a
Sb c adalah sumbu terpanjang (sb basal/vertical)
Sb b adalah sb macro
Sb a adalah sumbu terpendek (sb brachy)
·         sudut α = β = γ = 90º
4. Sistem heksagonal


Sb a = b = d ≠ c




        Sistem ini mempunyai empat sumbu kristal
        sumbu c tegak lurus terhadap ketiga sumbu yang lain.
        Sumbu a, b, dan d masing-masing saling membentuk sudut 120º satu terhadap yang lain
        Sumbu a, b, dan d mempunyai panjang yang sama.
        Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang). 


5.      Sistem trigonal/rhombohedral
  Beberapa ahli memasukkan sistem ini ke dalam sistem heksagonal
  Demikian pula cara penggambarannya juga sama.
  Perbedaannya bila pada trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang berbentuk segienam kemudian dibuat segitiga degan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya.

6.      Sistem monoklin/oblique/clinorombic
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya.
  Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu b;
  b tegak lurus terhadap c,
  tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a.
  Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama,
  umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b yang paling pendek.

       Sb a  ≠  b ≠ c
Sb a = b -- sb a
Sb a = sb clino
Sb cb = sb ortho
       sudut α = γ = 90º
       β90º
7. Sistem triklin
Sistem ini mempunyai tiga sumbu yang satu dengan lainnya tidak saling tegak lurus.

·         Sb a  ≠  b ≠ c
·         sudut αβγ  90º
Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.
H. Mengidentifikasikan Fosil *PALEONTOLOGI
Paleo    : masa lampau/kuno
Onthos : Kehidupan
Logos   : Ilmu
Ilmu yang mempelajari kehidupan masa lampau →  fosil
secara singkat definisi dari fosil harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1.      Sisa-sisa organisme.
2.      Terawetkan secara alamiah.
3.      Pada umumnya padat/kompak/keras.
4.      Berumur lebih dari 11.000 tahun
CARA HIDUP MAKHLUK HIDUP
Tempat Hidup / Lingkungan :
1.      Benthos (di dasar laut)
-Secyl : menempel pada benda mati & tidak berpindah-pindah
-Vagyl : di dasar laut & berpindah-pindah

2.      Pelagos (melayang-layang)
-Planktonik     : bergerak pasif mengikuti arus
-Nektonik        : bergerak aktif di permukaan
PLANKTON
1.      Formanifera plankton
  Susunan kamar pada foraminifera plankton daoat dibagi:
a.Planispera sifat terputar pada satu bidang,semua kamar terlipat,pandanngan serta jumlah kamar vertal dan dorsal sama.Contoh:Hastigenera.
b.Trochospiral,sifat terputar tidak oada satu bidanng,tidak semua kamar terlipat,pandangan serta jumlah kamar vertal dan dorsal tidak  sama.Contoh:Glbigerina.
c.Streptospiral,sifat mula-mula trochospiral,kemudian planispiral sehingga menutupi sebagian atau seluruh kamar-kamar sebelumnya. Contoh:Pulleniatina
.
  Apartur
Apartur adalah lubang utama dari test forminiferayang terletak pada kamar terakhir.Khusus foraminifera plankton bentuk apaerture maupun variasinya lebih sederhana.Umumnyamempunyai bentuk Aperture utama interiomarginal yanng terletak pada dasar( tepi) kamar akhir (septal face) dan melekuk kedalam,terlihat pada bagian ventral (perut).
2.      Pengenalan Genus dan Spesies Foraminifera plankton
a.Famili Globigeriniidae,Famili ini pada umumnya mempunyai bentuk test spherical atau hemispherical,bentuk kamar globural dan susunan kamar trochhospiral rendah atau tinggi.
b.Famili Globorotaliidae,bentuk kamar subglobular atau agular conical, susunan kamar trochospiral.
c.Famili Hantkeniidae,yang merupakan kamar hannya yang punya spine jika tidak ya tidak.
BENTHOS
1.      Formanifera Benthos
  Susunan Kamar formanifera Benthos
a.       Monothalamus,adalah susunan dan bentuk-bentuk kamar akhir foraminifera yang hannya terjadi dari satu kamar
b.      ApertureForaminiferaBenthos,golongan benthos memiliki bentuk aparture yang bervariasi.Dan aperture itu sendiri merupakan bagian penting dari test foraminifera,karena merupakan lubang tempat proto plasma organisme tersebut bergerak keluar dn masuk.
c.       Pengenalan genus dan spesies foraminifera Benthos

J.       Membaca dan Menafsirkan Peta Geologi
Peta Geologi merupakan Peta Tematik yang berisi informasi tentang berbagai kondisi geologis, seperti : formasi batuan, proses-proses geologis (misalnya : patahan/sesar, lipatan, depresi, dan lainya),penampang melintang suatu formasi (formasi batuan tertentu), informasi-informasi mengenai material batuan, umur formasi, ketebalan lapisan dan lain-lainya).
Peta geologi dapat dibedakan atas peta geologi sistematik dan peta geologi tematik:

        Peta geologi sistematik adalah peta yang menyajikan data geologi pada peta dasar topografi atau batimetri dengan nama dan nomor lembar peta yang mengacu pada SK Ketua Bakosurtanal No. 019.2.2/1/1975 atau SK penggantinya.
        Peta geologi tematik adalah peta yang menyajikan informasi geologi dan/atau potensi sumber daya mineral dan/atau energi untuk tujuan tertentu.

Pemetaan geologi adalah pekerjaan atau kegiatan pengumpulan data geologi, baik darat maupun laut, dengan berbagai metoda. Sumber daya geologi adalah sumber daya alam yang meliputi sumber daya mineral, energi, air tanah, bentang alam dan kerawanan bencana alam geologi.
Persyaratan teknis penyusunan peta geologi meliputi simbol peta, istilah, keterangan peta, penyajian peta, penerbitan, spesifikasi dan ukuran lembar peta, yang sesuai dengan hasil pembakuan SNI No. 13-4691-1998 dan SNI 13-5015-1998.
1. Simbol Peta
Simbol peta dipakai untuk menggambarkan suatu informasi pada peta berupa
singkatan huruf, tata warna, corak dan simbol geologi atau gabungannya.
a. Singkatan huruf digunakan untuk menunjukkan satuan litostratigrafi dan kronostratigrafi pada peta.
b. Tata warna digunakan untuk membedakan satuan peta geologi berdasarkan jenis dan umur satuan batuan serta satuan geokronologi. Corak geologi dipakai untuk membedakan jenis litologi pada peta. Simbol geologi digunakan untuk membedakan fenomena geologi pada peta.
2. Istilah
Peristilahan yang digunakan pada peta geologi mengacu pada Glossary of Geology (American Geological Institute, 1972), Peristilahan Geologi dan Ilmu Berhubungan (M.M. Purbohadiwidjojo, 1975) dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.
3. Keterangan Peta
Keterangan peta ditulis dalam Bahasa Indonesia dan terjemahannya dalam Bahasa Inggris yang dicetak dengan huruf miring.
4. Penyajian Peta
Penyajian peta meliputi tata letak, korelasi satuan peta dan uraian singkat setiap satuan peta.
5. Lampiran Peta
Peta geologi dapat disertai lampiran yang berisi uraian data dan informasi daerah yang bersangkutan yang tidak dapat diuraikan di dalam peta karena keterbatasan tempat.
6. Penerbitan Peta
Peta geologi diterbitkan dengan menggunakan bahan baku dan ukuran kertas yang sudah ditentukan.
7. Spesifikasi Peta
Spesifikasi peta meliputi penggunaan peta dasar topografi atau batimetri, sistem proyeksi yang digunakan dan ketentuan pencantuman penampang geologi.
8. Ukuran Lembar Peta
Ukuran dan batas koordinat lembar peta geologi sistematik mengacu pada Surat Keputusan Ketua Bakosurtanal Nomor 019.2.2/1/1975 atau Surat Keputusan penggantinya, sedangkan peta geologi tematik disesuaikan dengan tujuan dan kepentingannya.

UNSUR TAMBAHAN UTAMA

Unsur tambahan utama meliputi penyusunan peta, mutu, pengemasan dan pendokumentasian peta, yang sesuai dengan hasil pembakuan yang tercantum pada SNI Nomor 13- 4691-1998.
1. Tahapan Penyusunan Peta
Tahapan penyusunan peta meliputi kegiatan persiapan, penyelidikan lapangan, kegiatan laboratorium dan studio (penyiapan dan penelaahan peta) dan pelaporan.
2. Mutu
Mutu peta ditentukan oleh akurasi data, kelengkapan informasi yang disajikan serta proses kartografi.
3. Pengemasan
Peta geologi dilipat sedemikian rupa sehingga memudahkan pemakai melihat judul dan nomor lembar peta
4. Pendokumentasian
Laporan terbuka yang menyertai peta geologi disimpan di perpustakaan instansi yang menerbitkan dan terbuka untuk umum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar